Mengatasi Permasalahan Obesitas Pada Anak

K alau lihat anak-anak gendut rasanya gemes banget. Bawaannya pengin dipeluk terus diciumin, langsung dah dikeplak emaknya, haha! Banyak...


Kalau lihat anak-anak gendut rasanya gemes banget. Bawaannya pengin dipeluk terus diciumin, langsung dah dikeplak emaknya, haha! Banyak orang yang menganggap anak yang badannya gemuk anak sehat dan anak yang kurus di bilang kurang gizi. Padahal anak yang memiliki porsi tubuh gemuk belum tentu sehat, begitu juga sebaliknya anak yang kurus belum tentu kurang gizi. Kadang anggapan-anggapan seperti ini justru jadi pembiaran. Nggak masalah gemuk biarin aja, biarin makan banyak, biarin jajan selama mau makan, dan bla bla bla. Sebagai orangtua apakah pernah terfikirkan kalau anak terlalu gemuk justru akan menimbulkan penyakit. Jangan-jangan masih banyak para orangtua diluar sana yang belum tahu apa itu obesitas pada anak.

Beberapa waktu lalu tepatnya tanggal 3 Agustus 2018 saya mengikuti Media Gathering RS Royal Progress di Up In Smoke Restaurant, RDTX Tower, Mega Kuningan, Jakarta Selatan yang mengangkat topik mengenai Obesitas Pada Anak. Acara ini diadakan dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional dimana sebagai bentuk kepedulian RS Royal Progress sebagai salah satu RS Jakarta Utara selaku penyedia layanan kesehatan terhadap tumbuh kembang anak Indonesia, dengan menghadirkan pembicara-pembiacara kompeten di bidangnya yakni dr. Lucie Permana Sari, SpA, Psikolog Nadia Rachman M.Psi, Dr. dr. Rika Haryono SpKO, dan dr. Pulina  Toding, M.Gizi SpGK.



Obesitas Pada Anak

Obesitas adalah suatu keadaan dimana  terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebihan, sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal. Menurut dr. Lucie, obesitas terjadi karena asupan energi lebih tinggi dibandingkan energi yang dikeluarkan. Mengonsumsi makanan sumber energi dan lemak tinggi ini disebut asupan energi tinggi sedangkan pengeluaran energi rendah akibat kurangnya aktivitas fisik dan sedentary lifestyle.

Moms, kita harus lebih aware dengan berat badan anak.  Karena obesitas yang terjadi masa anak-anak justru risikonya lebih tinggi untuk terjadi obesitas saat dewasa nanti dan parahnya lagi anak memiliki potensi mengalami penyakit degenaratif di kemudian hari. Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan organ atau jaringan pada tubuh. Untuk itu kita harus segera mengatasi permasalahan obesitas pada anak untuk mencegah komplikasi jangka panjang dari obesitas. Dalam hal ini dukungan orangtua dan keluarga sangat penting, termasuk partisipasi keluarga saat anak melakukan perawatan atau terapi penurunan berat badan.

Seberapa besarkah dampak yang ditimbulkan akibat obesitas? Mungkin masih banyak diantara kita yang belum mengetahui apa dampak lain dari obesitas ini. Obesitas selain menyebabkan penyakit degeneratif juga bisa menyebabkan gangguan saluran napas obstruktif sleep apnea (OSA), tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, gejala asma, lever, pubertas lebih awal (biasanya lebih banyak dialami perempuan ditandai dengan menstruasi dini), mengalami gangguan pertumbuhan tulang dan sendi, dan masalah dalam interaksi sosial.

narasumber
Anak-anak dengan berat badan berlebih atau obesitas rawan jadi bahan ejekan teman-temannya dan tak jarang anak menjadi korban bully. Kasihan ya mom, ternyata anak-anak obesitas nggak cuma bermasalah dengan kesehatan fisik saja tapi juga mempengaruhi gangguan sosial emosi, belum lagi mereka akan memiliki persepsi negatif yang membuat anak-anak obesitas menjadi tidak percaya diri. 


Penyebab Obesitas Pada Anak

Menurut data WHO pada tahun 2010 menyebutkan sekitar 43 juta anak dibawah umur lima tahun mengalami obesitas, 35 juta diantaranya tinggal di negara berkembang dan sisanya negara maju. Indonesia sendiri memiliki masalah gizi pada anak yaitu obesitas dan malnutrisi.  Obesitas pada anak disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu faktor lingkungan dan faktor genetik, berikut penjelasan dr. Lucie:

Faktor Lingkungan

Pengaruh faktor lingkungan seperti tidak seimbangnya antar aktivitas fisik, pola makan dan perilaku makan. Kurangnya aktivitas fisik disebabkan terbatasnya area bermain untuk anak, anak lebih banyak bermain gadget sehingga menyebabkan anak malas bergerak untruk melakukan aktivitas fisik. Sebagai orangtua kita harus benar-benar memperhatikan pola makan anak, apakah sumber serat untuk anak sudah terpenuhi. Seperti kita ketahui sayur dan buah merupakan sumber serat yang penting dalam masa pertumbuhan anak. Mengonsumsi makanan dalam porsi besar yang melebihi kebutuhan seperti makanan tinggi lemak, tinggi karbohidrat tetapi rendah serat menyebabkan terjadinya obesitas pada anak.

Apalagi zaman now  banyak orangtua yang mungkin terlalu sibuk sehingga membiasakan anak mengonsumsi makanan cepat saji atau junk food juga soft drink. Orangtua sering mengakali waktu, biaya dan kenyamanan untuk anak sehingga memberi makanan yang kira-kira bisa membuat anak tertarik untuk memakannya, alhasil nutrisi anak sering terabaikan. Perilaku ini harus kita ubah, pola makan seimbang harus sudah kita terapkan sejak dini pada anak.

Faktor Genetik

Menurut dr. Lucie faktor genetik meskipun diduga juga berperan tetapi tidak dapat menjelaskan terjadinya peningkatan prevalansi obesitas.


Gangguan Sosial Emosi Pada Anak Obesitas

"Gangguan sosial dan emosi pada anak obesitas adalah keadaan emosi yang menyebabkan gangguan pada diri seseorang baik karena timbulnya emosi yang kuat atau emosi yang tidak hadir, hakikatnya tidak ada emosi yang positif atau negatif tergantung persepsi individu, hal ini yang dialami oleh anak dengan obesitas," papar Psikolog Nadia Rachman.

Anak-anak dengan kelebihan berat fisik bisa mengalami perubahan mental dan perilaku. Karena sering diejek teman-temannya anak-anak cenderung menyendiri dan memisahkan diri dari lingkungannya. Emosi yang muncul bisa menimbulkan rasa lapar yang berlebihan, yups emosi karena jadi bahan olokan teman-teman. Emosi atau marah bisa menguras energi makanya kalau orang marah bawaannya lapar.

Studi yang dilakukan oleh para peneliti di UCLA, menunjukkan bahwa   anak-anak dan remaja yang mengalami obesitas pada usia 10-17 tahun, memiliki risiko dua kali lipat mengembangkan masalah kesehatan fisik, mental dan ketidak mampuan belajar. Para peneliti menemukan bahwa anak-anak yang kelebihan berat berisiko mengalami masalah mental hingga 1,3 kali persen lebih besar dari anak-anak dengan berat badan normal. Para peneliti mengkaji data dari National Survey of Children's Health tahun 2007 yang melibatkan 43.300 anak berusia 10 hingga 17 tahun. Sekitar 15 persen dari jumlah tersebut dianggap mengalami kelebihan berat badan dan 16 persen mengalami obesitas.

Untuk mengatasi gangguan sosial pada anak obesitas sebaiknya orangtua lebih mendekatkan diri pada anak, bantu anak dalam menjaga pola makannya. Beri kesempatan anak untuk mengembangkan kemampuannya sesuai minat atau bakatnya, kemudian beri pujian kepada anak setiap anak melakukan hal baik dan berprestasi. Lalu mulai melatih kepercayaan diri anak dengan mengikutkan anak pada kegiatan-kegiatan yang dapat melatih kepercayaan diri.


Latihan Fisik Pada Anak dengan Obesitas

Anak dengan obesitas mempunyai banyak masalah termasuk dalam masalah bergerak, untuk itu latihan fisik sangat dibutuhkan sesuai dengan kemampuan setiap anak dan dinaikkan sedikit demi sedikit sampai sesuai target. Pada anak obesitas latihan fisik bisa dilakukan 3 sampai 5 kali seminggu, dan ini dilakukan bervariasi sesuai dengan tipe latihan aerobik 1, 2, atau 3 dengan durasi 30 menit sampai 1 jam. Menurut dr. Rika Haryono latihan juga bisa ditambahkan dengan latihan kelenturan dan kekuatan otot.

Yang menjadi masalah saat memberikan latihan fisik pada anak adalah anak-anak terkadang sulit untuk mengikuti aktivitas fisik yang rutin dalam bentuk program. Latihan fisik dengan intensitas tinggi pun bisa mengakibatkan mereka cedera. Solusinya anak-anak diajak latihan fisik dalam bentuk permainan agar mereka tidak lekas bosan.


Usaha Pencegahan Obesitas Pada Anak

Mencegah obesitas bisa dimulai dengan memilihkan makanan anak yang tidak hanya membuatnya kenyang tapi juga bernutrisi, seperti mengonsumsi sayur dan buah. Usahakan mom sering membuat camilan yang mengandung protein karena bukan sekadar mengenyangkan tetapi protein menstimulasi pelepasan hormon yang membantu tubuh melepaskan cadangan lemak untuk dijadikan energi. Mengurangi makanan berlemak dan gorengan. Lemak tak selalu jadi musuh selama lemak tersebut sehat seperti selai kacang atau alpukat yang dapat melambatkan pencernaan.

dr. Pulina Toding M.Gizi, SpGK

Makanan instan sebaiknya dihindari diberikan kepada anak. Mana yang lebih baik makan siang yang dibeli di kantin sekolah atau yang dibawa dari rumah nih mom? Sebenarnya tentu saja bekal makanan yang dibawa dari rumah kan? Tetapi sayangnya justru ibu-ibu saat ini membawa bekal anaknya dengan makanan instan bukan makanan utama. Seharusnya bekal makanan anak mengandung nutrisi lengkap seperti buah, sayur, susu rendah lemak, protein dan whole grain.

Selain itu diet gadget dan telvisi juga penting loh. Risiko obesitas menjadi rendah apabila orangtua membatasi anak-anaknya menikmati tayangan melalui layar perangkat elektronik. Alternatif penggantinya orangtua bisa mengajak anak bermain, mengunjungi perpustakaan atau toko buku, mengajak kegiatan olahraga, memasukkan anak les seni seperti menari ataupun mengikuti kelompok belajar. Jadi perhatian anak nggak terfokus pada TV atau gadget saja yang membuatnya malas bergerak.

Chef  Ferdy
Pada saat media gathering kemarin dr. Pulina dan Chef Ferdy melakukan demo masak makanan sehat yang bisa dijadikan bekal untuk anak ke sekolah. "Diet pada orang dewasa tentu saja beda dengan diet pada anak", kata dr. Pulina. Nutrisi harus tetap diperhatikan untuk tumbuh kembangnya. So, intinya orangtua adalah role model nya anak. Berikan contoh kepada anak sejak dini bagaimana gaya hidup sehat yang baik. Staying healthy ya mom!



You Might Also Like

3 comments

  1. Hai anakanak, janngan obesitas yaaah

    ReplyDelete
  2. Mantaaap. Komplet banget, Kak Tuty. ^^ Semoga anak-anak kita selalu sehat karena mereka aset berharga bangsa kita.

    ReplyDelete
  3. Anak gemuk memang lucu. Tapi kalau sampai jadi penyakit dan membahayakan tubuh dia malah gak lucu sama sekali ya.

    ReplyDelete

Canva Magic Write