Monday, February 29, 2016
Budaya Palang Pintu Pada Perkawinan Adat Melayu
Monday, February 29, 2016dokumen pribadi S ebagai wanita, didalam tubuh saya mengalir darah campuran Aceh, Padang, Melayu dari kedua orang tua saya. Ayah Aceh d...
dokumen pribadi |
Sebagai wanita, didalam tubuh saya mengalir darah campuran Aceh, Padang, Melayu dari kedua orang tua saya. Ayah Aceh dan Ibu campuran Melayu dan Padang. Sejak lahir saya tinggal di daerah Langkat yang 80% penduduknya adalah suku Melayu dan sangat kental dengan budaya Melayu. Langkat adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara,disini tinggal masyarakat majemuk dan multi kultural. Karena budaya Melayu yang sangat kental, terkadang penduduk yang bukan asli Melayu sudah terbiasa dengan logat atau dialek dengan langgam Melayu. Jadi sulit dibedakan mana penduduk asli Melayu dan mana yang bukan, semua penduduk sudah saling beradaptasi disini. Bicara budaya tentunya kita sudah tidak asing lagi mendengar dan melihat berbagai tradisi atau kebiasaan yang dilakukan dalam sekelompok masyarakat disuatu daerah.
Salah satu contoh tradisi turun temurun yang sering ditemui di Langkat ini adalah pada saat pesta perkawinan. Ada beberapa hal penting yang harus dipersiapkan pada saat akan meminang anak gadis orang yaitu tradisi buka palang pintu. Tradisi buka palang pintu lumayan memakan waktu, karena ada berlapis pintu yang harus dilewati rombongan pengantin pria, dan biasanya jumlah pintu ini harus berjumlah ganjil. Palang pintu disini bukan palang pintu sebenarnya loh ya, tetapi ini hanya kain yang dibentangkan yang disetiap kedua ujungnya dipegang oleh para gadis dari pihak tuan rumah. Pada saat pengantin pria datang bersama rombongan, mereka tidak boleh langsung masuk tapi harus berhenti terlebih dahulu dan mereka akan disambut oleh pihak pengantin wanita. Biasanya pada bagian ini ada aksi silat laga dan tarian melayu sebagai sambutan selamat datang.
Makna yang bisa diambil dari palang pintu adalah seorang pria harus meminta izin kepada keluarga pihak wanita untuk meminangnya sebagai istri, dan si pria harus bersedia ditanya mengenai kesanggupannya menjadikan si wanita menjadi pendampingnya kelak. Kemudian si pria juga harus bisa memenuhi kebutuhan sang istri nantinya baik dalam hal materi juga kebutuhan batin. Ini di contohkan pada saat rombongan pria datang, untuk bisa masuk kedalam rumah pengantin wanita, para telangkai adat dari masing-masing pihak akan berbalas pantun terlebih dahulu, dan kalau telangkai dari pihak pengantin pria bisa membalas pantun dari telangkai pihak wanita, maka rombongan pengantin pria bisa masuk melewati palang pintu pertama dan seterusnya sebanyak berapa lembar kain panjang terbentang yang disebut sebagai palang pintu tadi. Berikut contoh pantun yang digunakan para telangkai pada saat saling berbalas pantun:
dokumen pribadi |
dokumen pribadi |
Di pelaminan, pasangan pengantin melakukan acara bertukar sirih genggam sebagai tanda bahwa seorang suami harus menghidupi istrinya dan sebaliknya sebagai istri harus melayani suaminya. Setelah itu diadakan acara doa bersama yang dilanjutkan dengan acara tepung tawar sebagai tradisi turun menurun yang telah lama dilakukan masyarakat Melayu, tepung tawar ini mempunyai filosofi menyucikan diri. Selanjutnya dilakukan acara makan berhadap atau hadap-hadapan, lauk-pauk yang disajikan cukup lengkap juga beraneka kue, uniknya acara ini hanya diperbolehkan dihadiri oleh ibu-ibu dari kedua belah pihak. Ini bagian yang paling seru karena suami dan istri akan berebut ayam dan saling bersulang, maknanya suami istri ini nantinya siap saling melayani sebagai tanda cinta kasih yang murni.
dokumen pribadi-pernikahan dengan baju adat melayu |
Seperti inilah nilai kebaikan yang terus dipelihara oleh masyarakat Melayu di daerah saya, harapan saya budaya turun temurun ini terus dilakukan dan jangan pernah luntur sedikitpun, sehingga anak-anak cucu kelak masih tetap mempertahankan nilai budaya.