Sunday, February 26, 2017
Peringatan Hari Kanker Anak Sedunia 2017, Waspadai Kanker Pada Anak, Kita Bisa Aku Bisa
Sunday, February 26, 2017H ari kanker anak sedunia diperingati setiap tanggal 15 Februari. Apa yang kita harapkan setiap kali memperingati Hari Kanker Anak Sedun...
Hari kanker anak sedunia diperingati setiap tanggal 15 Februari. Apa yang kita harapkan setiap kali memperingati Hari Kanker Anak Sedunia? Sudahkah kita berusaha semaksimal mungkin untuk lebih care dan aware dengan kanker? Dari waktu ke waktu kanker terus meningkat. Tak hanya menyerang orang dewasa tapi anak-anak juga. Sebagai orang tua kita harus lebih care dengan perkembangan anak-anak.
Senin 20 Februari 2017, saya mengikuti workshop dengan tema 'Akses Pelayanan yang Lebih Baik untuk Anak dan Remaja dengan Kanker dimana saja. Dari sekian banyak jenis kanker, ada kanker yang kerap menyerang anak-anak. Kanker anak adalah kanker yang menyerang anak di bawah usia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Jumlah kanker anak tidak lebih dari 2 persen dari keseluruhan penyakit kanker, namun menjadi penyebab kematian kedua terbesar pada anak di rentang usia 5 - 14 tahun. Angka kematian akibat kanker anak mencapai 50 - 60 persen karena umumnya penderita datang terlambat atau sudah dalam stadium lanjut akibat gejala kanker yang sulit terdeteksi.
Dr. Lily mengatakan belum semua jenis kanker pada anak mempunyai metode untuk deteksi dini, selain itu kanker pada anak juga tidak dapat dicegah. Namun ada baiknya orang tua mengajarkan perilaku CERDIK pada anak sejak masa kanak-kanak agar terhindar dari berbagai jenis kanker yang timbul di usia dewasa. Apalagi masalah yang dihadapi saat ini adalah rokok dan alkohol yang sudah menjadi gaya hidup. Kementrian kesehatan saat ini selain memberikan himbauan kepada pemerintah, swasta maupun masyarakat untuk dapat berpartisipasi dan mendukung upaya pengendalian kanker. Untuk itu pencegahan kanker pada anak meski dilakukan secara komperehensif sejak dini. Tujuan pengendalian kanker di Indonesia antara lain:
- Meningkatkan deteksi dini, penemuan dan tindak lanjut dini kanker
- Meningkatkan kualitas hidup penderita kanker
- Menurunkan angka kematian akibat kanker
Menurut dr. Edi kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak terkontrol, dr. Edy mengistilahkan sel kanker adalah sel preman, karena mampu membuat sel baru dan merebut makanan dalam tubuh untuk sel baru tersebut. Makanya penderita kanker terlihat jelas perubahan fisiknya semakin kurus, karena makanan yang dimakan direbut oleh sel kanker. Kanker disebut ganas karena kemampuannya menyebar. Penyebab kanker pada anak tidak diketahui secara pasti, dan karena kanker pada anak tidak bisa dicegah maka sejak dini anak juga harus diajarkan pola hidup yang baik. Ada 6 jenis penyakit kanker yang tersering pada anak yaitu Leukimia, Retinoblastoma, Neuroblastoma, Limfoma Malignum, Osteosarkoma, dan Karsinoma Nasofaring.
Diantara semua jenis kanker pada anak yang bisa di deteksi sejak dini adalah Retinoblastoma atau kanker bola mata. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui dan mewaspadai gejala kanker pada anak mengingat baru ada satu jenis kanker pada anak yang dapat di deteksi dini. Deteksi dini untuk retinoblastoma dinamakan Tes Lihat Merah. Pemeriksaan hanya bisa dilakukan tenaga kesehatan yang telah dilatih sebelumnya di Puskesmas atau FKTP, dan pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut oftalmoskop.
Kanker bola mata adalah kanker yang bisa diturunkan. Retinoblastoma penyebarannya bisa sampai ke sumsum tulang. Kanker yang satu ini biasa terjadi pada balita. Diduga ada 4 faktor penyebab Retinoblastoma yaitu genetik, kimia, virus, dan radiasi.
Pada kesempatan yang sama hadir juga Siti Julia, seorang anak survivor Retinoblastoma. Julia mulai menderita Retinoblastoma sejak Mei 2007 tepatnya saat usia Julia 4 tahun. Awalnya Julia dibawa keluarga berobat di daerah Sukasari, Cikampek. Tapi karena benjolan di mata Julia semakin membesar, Juia dirujuk ke RS Cicondo Bandung. Setelah di scan dokter memutuskan mata Jula harus diangkat dan dirujuk kembali ke RS Hasan Sadikin Bandung. Tahun 2010 Julia dirujuk ke RS Dharmais untuk dilakukan kemoterapi. Sewaktu Julia berusia 9 tahun, proses pengobatan sempat terhenti karena Julia sudah putus asa. Namun karena dukungan penuh dari sang Ayah, Julia akhirnya melanjutkan pengobatan sampai kemoterapi selesai dalam waktu 2 tahun. Sejak 1 Februari tahun 2012, mata kanan Julia sudah di pasang protesa.
Yang paling menyedihkan sejak pakai mata palsu Julia sempat merasa minder berada diantar teman-temannya. Seiring waktu lama-kelamaan rasa percaya diri tumbuh kembali. Ya, ini karena dukungan keluarga, terutama sang Ayah dan teman-teman penyandang kanker dan pengurus Yayasan Anyo Indonesia membuat Julia semakin semangat. Sekarang usia Julia sudah 15 tahun dan tetap sekolah, malah Julia menjadi anak berprestasi di sekolah. Pengobatan Julia pun telah selesai, hanya kontrol rutin sekali dalam setahun dan mengganti protesa berkat yayasan yang ikut peduli. Kita doakan yuk semoga cita-cita Julia tercapai.
Karena sampai saat ini kanker sulit dideteksi pada anak, kalau ada sesuatu yang mencurigakan sebaiknya segera konfirmasi ke dokter atau ke Puskesmas, Rumah Sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Tujuannya untuk mengonfirmasi apakah gejala tersebut kanker atau bukan. Misal, saat orang tua memandikan anaknya, raba bagian tubuh anak apakah ada benjolan atau tidak. Apa saja tanda dan gejala awal kanker pada anak? Berikut gejala-gejalanya:
Anak-anak penderita kanker harus mendapatkan pendekatan psikologis. Karena bagaimanapun yang namanya anak-anak masih dalam tahap tumbuh kembang. Jadi orang tua yang menganggap anak yang sakit harus tiduran saja itu harus diubah paradigmanya kata dokter Edi. Meskipun dalam kondisi sakit, tumbuh kembang anak harus diperhatikan. Aspek medis, psikologis dan sosial sangat berperan. Oleh karena itu RS Dharmais menjadikan bangsal untuk anak-anak penderita kanker menjadi bangsal yang bersahabat. Para dokter dan petugas lainnya tidak mengenakan baju berwarna putih selayaknya rumah sakit, agar anak-anak tidak merasa trauma dengan rumah sakit. Ya, bagaimanapun nursing care itu perlu.
Yuk lebih waspada lagi dengan kanker pada anak.
#KitaBisaAkuBisa
baca: Bantu Anak Penderita Kanker Melalui Program DonasiKu
sumber: dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp A (K), MHA |
Yang paling menyedihkan sejak pakai mata palsu Julia sempat merasa minder berada diantar teman-temannya. Seiring waktu lama-kelamaan rasa percaya diri tumbuh kembali. Ya, ini karena dukungan keluarga, terutama sang Ayah dan teman-teman penyandang kanker dan pengurus Yayasan Anyo Indonesia membuat Julia semakin semangat. Sekarang usia Julia sudah 15 tahun dan tetap sekolah, malah Julia menjadi anak berprestasi di sekolah. Pengobatan Julia pun telah selesai, hanya kontrol rutin sekali dalam setahun dan mengganti protesa berkat yayasan yang ikut peduli. Kita doakan yuk semoga cita-cita Julia tercapai.
dr. Lily- Julia - dr. Edi |
- Pucat, memar/pendarahan dan nyeri tulang.
- Terlihat adanya benjolan atau pembengkakan yang tidak nyeri dan tanpa demam. Atau adanya tanda-tanda infeksi lain.
- Penurunan berat badan atau demam tanpa sebab yang jelas, batuk yang menetap atau sesak napas dan berkeringat di malam hari.
- Perubahan-perubahan yang terjadi pada mata seperti terlihatnya manik putih, juling, hilangnya penglihatan dan memar/bengkak di sekitar mata.
- Perut yang membuncit.
- Sakit kepala yang menetap atau berat. Kemudian muntah, yang biasanya terjadi pada pagi hari atau dapat memburuk dari hari ke hari.
- Nyeri pada tangan, kaki atau tulang, sehingga mengalami pembengkakan tanpa riwayat trauma atau infeksi.
Anak-anak penderita kanker harus mendapatkan pendekatan psikologis. Karena bagaimanapun yang namanya anak-anak masih dalam tahap tumbuh kembang. Jadi orang tua yang menganggap anak yang sakit harus tiduran saja itu harus diubah paradigmanya kata dokter Edi. Meskipun dalam kondisi sakit, tumbuh kembang anak harus diperhatikan. Aspek medis, psikologis dan sosial sangat berperan. Oleh karena itu RS Dharmais menjadikan bangsal untuk anak-anak penderita kanker menjadi bangsal yang bersahabat. Para dokter dan petugas lainnya tidak mengenakan baju berwarna putih selayaknya rumah sakit, agar anak-anak tidak merasa trauma dengan rumah sakit. Ya, bagaimanapun nursing care itu perlu.
Yuk lebih waspada lagi dengan kanker pada anak.
#KitaBisaAkuBisa
baca: Bantu Anak Penderita Kanker Melalui Program DonasiKu