Pages

  • Home

travel beauty

Satukan Gerak
drg. Annisa Sabhrina (foto: IG @asabhrina)

Di sebuah sudut Tangerang Selatan, enam tahun lalu, seorang dokter gigi muda sedang berjuang menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya sebagai ibu, pekerja, dan warga di lingkungan yang belum terlalu ia kenal. Di tengah hiruk pikuk kota dan rutinitas yang padat, drg. Annisa Sabhrina menemukan satu panggilan hati yang kelak mengubah hidupnya dan kehidupan banyak ibu lainnya.

“Saat itu informasi tentang menyusui masih sangat minim. Saya baru pindah ke Tangsel, dan tidak punya support system,” kenangnya ketika saya wawancarai. Ya, drg. Annisa yang asal Bekasi ini baru saja pindah ke Tangsel tahun 2011. Dari kesepian dan keresahan itu, lahirlah GarASI Kita (Gerakan Peduli ASI Tangerang Selatan) pada tahun 2012, sebuah komunitas yang kini menjadi tempat bertumbuhnya ribuan ibu yang ingin memberikan yang terbaik untuk buah hatinya.



Titik Balik dari Sebuah Kekosongan

Momen yang memicu gerakan ini bukan datang dari seminar besar atau dukungan lembaga resmi. Justru lahir dari rasa “tidak punya tempat berbagi”. Drg. Annisa, yang kala itu baru menjadi ibu, merasa banyak ibu lain mengalami hal serupa, yakni tidak tahu harus bertanya kepada siapa, tidak tahu apakah perjuangannya dalam menyusui adalah hal yang wajar.


Gerakan Peduli ASI
GarASI Kita (Gerakan Peduli ASI Tangerang Selatan). Sumber foto: kiriman drg. Annisa Sabhrina

Gerakan Peduli ASI kemudian hadir sebagai ruang hangat tempat ibu-ibu saling menguatkan, bukan menghakimi. “Bukan hanya kesehatan bayi, tapi juga kesehatan ibu. Lama-lama komunitas ini seperti keluarga sendiri, saling mendukung dan menjadi contoh nyata women support women,” ujar drg. Annisa.



Dari Edukasi Sederhana ke Gerakan Sosial

Ketika Gerakan Peduli ASI dimulai, kesadaran masyarakat tentang pentingnya ASI masih terbatas. Banyak yang percaya pada mitos atau merasa menyusui adalah urusan pribadi. Kini, berkat gempuran edukasi di media sosial dan kampanye berkelanjutan, situasinya sangat berbeda. Menurut drg. Annisa, sekarang edukasi jauh lebih baik. Media sosial membantu kampanye berjalan lebih luas dan cepat.


Namun, perjalanan membangun kesadaran publik tidaklah mudah. Tantangan datang dari segala arah, dari birokrasi hingga waktu pribadi. “Masih ada gap kolaborasi antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat. Tapi saya mencoba merangkul semua elemen itu,” ujarnya mantap.


Ada masa ketika drg. Annisa hampir menyerah. Tanggung jawab sebagai ibu, pekerjaan profesional, dan aktivitas sosial terkadang membuatnya harus memilih antara waktu istirahat dan panggilan misi. “Saya sempat lelah, tapi semangat para ibu untuk belajar dan ingin memberi yang terbaik untuk anaknya membuat saya bertahan,” katanya penuh semangat.



Kisah yang Menyentuh Hati

Salah satu kisah yang paling membekas di benak drg. Annisa adalah tentang seorang ibu yang mengalami baby blues dan hampir mencelakai bayinya.

“Untungnya, ia menemukan kami. Kami bantu dapatkan perlindungan dan pendampingan,” ucap drg. Annisa. Kisah itu menjadi pengingat bahwa gerakan ini bukan sekadar soal ASI, tapi juga tentang kesehatan mental, empati, dan solidaritas antarsesama ibu.


Kini, dukungan untuk ibu menyusui tidak lagi datang hanya dari para ibu, tetapi juga dari support system di sekitarnya, seperti suami, nenek, bahkan asisten rumah tangga. “Perubahan itu terasa sekali. Ada kesadaran kolektif bahwa menyusui adalah perjuangan bersama,” jelas drg. Annisa.



Ketika Apresiasi Menjadi Titik Penguat: Terpilih Sebagai Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 

Tahun 2018 menjadi tonggak penting dalam perjalanan Gerakan Peduli ASI. Drg. Annisa terpilih sebagai Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards dari Astra di bidang kesehatan. Penghargaan itu diberikan kepada anak muda yang menggerakkan perubahan sosial di lingkungannya.


“Secara pribadi dan profesional, saya sangat terharu. Apresiasi itu seperti validasi bahwa perjuangan kecil kami diakui,” ungkapnya. Drg. Annisa merasa penghargaan tersebut membawa dampak besar. Nama GarASI Kita (Gerakan Peduli ASI Tangerang Selatan) semakin dikenal, jejaring relawan bertambah, dan banyak pihak yang mulai tertarik berkolaborasi. Apalagi komunitas ini aktif share kegiatan mereka di media sosial Instagram @garasikita_community.

“Cukup baik untuk membawa nama organisasi. Kami jadi dipercaya sebagai wadah ibu-ibu yang siap menjadi garda terdepan dalam menyusui si kecil,” tambahnya.



Membangun Generasi dari Setetes ASI: Tumbuh Bersama, Beradaptasi Bersama

Enam tahun setelah penghargaan itu, Gerakan Peduli ASI Tangerang Selatan mengikuti perkembangan para anggotanya. “Anak-anak kami sekarang sudah berusia 1 sampai 15 tahun. Jadi pembahasannya makin beragam, tidak hanya soal bayi, tapi juga remaja, gizi, dan kesehatan mental,” jelas drg. Annisa. Layaknya seorang anak, gerakan ini juga belajar tumbuh dan beradaptasi. “Kalau diibaratkan, Gerakan Peduli ASI kini seumur anak saya, sedang belajar mandiri dan mencari jati diri,” katanya sambil tersenyum.


Gerakan Peduli ASI
Membangun Generasi dari Setetes ASI. Foto: Komunitas Gerakan Peduli ASI Tangerang Selatan (GarASI Kita) dari IG @garasikita_community


Visi awal untuk memberikan edukasi menyusui kini meluas menjadi misi pemberdayaan perempuan dan keluarga. Gerakan ini tidak hanya bicara ASI, tapi juga keseimbangan hidup, dukungan emosional, hingga literasi kesehatan bagi masyarakat.



Mimpi yang Lebih Besar

Ketika saya menanyakan impian ideal ke depan, drg. Annisa menjawab tanpa ragu: “Saya ingin Gerakan Peduli ASI punya cabang di banyak daerah, seperti AIMI ASI. Bayangkan jika setiap kota punya komunitas yang bisa jadi rumah bagi para ibu, itu akan jadi kekuatan besar untuk generasi masa depan.”


Ia percaya bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil. “Kuncinya adalah kepekaan. Kalau kita melihat ada hal yang bisa kita bantu dan berdampak bagi lingkungan, jangan tunggu orang lain. Mulailah dari diri sendiri,” pesannya menutup wawancara kami.



Menjalin Gerak, Menumbuhkan Dampak

Kisah drg. Annisa Sabhrina mengingatkan kita bahwa gerakan sosial tidak selalu harus spektakuler. Kadang, ia lahir dari keresahan pribadi yang diolah menjadi kepedulian. Dari seorang ibu yang merasa sendiri, kini tumbuh jaringan ribuan perempuan yang saling menopang.


Inilah esensi dari tema “Satukan Gerak, Terus Berdampak.” Bahwa perubahan bukanlah hasil dari satu langkah besar, melainkan ribuan langkah kecil yang berjalan dalam arah yang sama.


Astra, melalui SATU Indonesia Awards, telah menjadi katalis bagi munculnya banyak sosok muda seperti drg. Annisa yang bekerja dalam senyap, tapi menciptakan gema panjang bagi kehidupan masyarakat.


Gerakan Peduli ASI bukan hanya tentang menyusui, tetapi tentang keberanian perempuan untuk saling menguatkan, tentang empati yang menjelma menjadi aksi, dan tentang harapan bahwa dari satu tetes kebaikan, bisa lahir ombak perubahan yang luas.


Bagi drg. Annisa menyatukan gerak bukan sekadar slogan, melainkan napas perjuangan yang terus berdampak. Karena setiap tetes ASI adalah wujud cinta yang menyatukan gerak ibu, tenaga kesehatan, dan bangsa menuju masa depan yang lebih sehat.







Share
Tweet
Pin
Share
No Comments
Dukungan Nyata Astra Melalui YDBA
Bu Erna, Nena Collection & Dukungan Nyata ASTRA Melalui YDBA (Foto: IG @nenacollection.jogja)
Di Indonesia, UMKM bukan sekadar pelaku usaha kecil mereka adalah nadi ekonomi bangsa. Saat ini ada lebih dari 65 juta UMKM yang menyumbang sekitar 61% Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap hampir 97% tenaga kerja nasional (sumber data: bisnis.com). Angka yang besar ini menunjukkan betapa UMKM menjadi penopang utama perekonomian kita.

Namun, di balik statistik yang sering kita dengar, ada kisah-kisah personal yang jauh lebih menyentuh. Kisah tentang keberanian memulai dari nol, tentang perjuangan menjaga harapan tetap hidup, dan tentang usaha kecil yang tumbuh melampaui batas.


Dari Ruang Tamu ke Mimpi Besar

Salah satunya datang dari Yogyakarta, dari seorang perempuan bernama Bu Erna Zurnimawati. Dari ruang tamu sederhana rumahnya, beliau memulai perjalanan dengan mesin jahit tua dan segenggam keyakinan. Usaha itu dikenal dengan nama Nena Collection sebuah brand  kriya tekstil yang lahir dari kesederhanaan, namun tumbuh menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Awalnya, Bu Erna menjahit hanya untuk memenuhi pemintaan kecil dari teman atau tetangga. Kain-kain sederhana disulap menjadi busana dan aksesori yang bernilai. Namun di balik setiap karya, ada perjuangan yang tak semua orang lihat. Malam-malam panjang dihabiskan di depan mesin jahit, ditemani suara berdecit jarum yang menembus kain dan doa lirih agar usahanya terus bertahan.

Seperti kebanyakan pelaku UMKM Indonesia, Bu Erna pernah menghadapi tantangan yang berat dalam menjalani usahanya. Modal terbatas, pasar yang sempit, hingga keterbatasan pengetahuan tentang manajemen usaha membuat langkahnya terseok. Ada masa ketika pesanan sepi, stok menumpuk, dan rasa ragu mulai menyusup.

“Kadang saya bertanya dalam hati, apa saya mampu? Apa saya tidak salah jalan?” kenang Bu Erna. Namun di balik kegamangan itu, selalu ada tekad yang lebih kuat. Baginya, menyerah bukan pilihan. Setiap jahitan adalah langkah maju, sekecil apa pun hasilnya.


Transformasi Nena Collection Bersama Astra YDBA

Titik balik itu hadir pada 2016, saat Nena Collection bergabung dalam program pembinaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Dari sinilah Bu Erna menemukan ilmu dan networking yang menguatkan langkahnya. Beliau mengikuti berbagai pelatihan melalui program pembinaan:  basic mentality, manajemen 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), pembukuan sederhana, hingga branding dan packaging.

UMKM Binaan ASTRA Melalui YDBA
Beberapa produk Nena Collection di Booth Yayasan ASTRA YDBA saat perhelatan Trade Expo 2024 di ICE BSD

Sejak itu, wajah Nena Collection berubah. Di balik setiap produk Nena Collection, ada semangat kemandirian yang kuat. Dari ruang kerja sederhana, usaha ini mampu memproduksi beragam kebutuhan rumah tangga dan gaya hidup: mulai dari sarung bantal dan guling, boneka, topi, hingga dekorasi rumah. Kreativitas Bu Erna dan timnya menjadikan kain-kain sederhana bertransformasi menjadi karya bernilai, sekaligus memberi warna baru dalam dunia kriya tekstil Indonesia.

Yang membuat Nena Collection istimewa, bukan hanya produknya, tetapi juga siapa yang terlibat di balik proses pembuatannya. Bu Erna membuka pintu bagi kaum difabel untuk ikut serta sebagai tenaga kerja. Bagi mereka, Nena Collection bukan sekadar tempat mencari nafkah, tapi juga ruang untuk berkarya, berdaya, dan diakui keberadaannya. Inilah bukti bahwa UMKM bisa menjadi agen pemberdayaan sosial yang nyata.

Lebih jauh, Bu Erna percaya bahwa kualitas adalah kunci. Karena itu, ia dan tim selalu melakukan perbaikan berkelanjutan di setiap proses pembuatan produk. Mulai dari pemilihan bahan, teknik jahitan, hingga finishing, semua diperhatikan agar hasil akhir benar-benar rapi dan memuaskan pelanggan. Tidak heran, produk Nena Collection mampu menembus pasar ekspor hingga ke Jepang sebuah pencapaian yang membanggakan sekaligus menegaskan bahwa karya lokal bisa bersaing di kancah internasional.

Prinsip 5R juga diterapkan konsisten, membuat lingkungan kerja lebih ringkas, rapi, resik, rawat, dan rajin. Hasilnya, proses produksi lebih efisien dan kualitas produk tetap terjaga.

Tak berhenti disitu, Nena Collection kini hadir di dunia digital. Dari media sosial, website resmi, hingga marketplace. Kehadiran digital ini bukan hanya memperluas pasar, tetapi juga menjadikan Nena Collection semakin dekat dengan konsumen, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Semua pencapaian itu menjadikan Nena Collection lebih dari sekadar UMKM biasa. Ia adalah cermin dari UMKM mandiri Indonesia yang dibina Astra melalui YDBA. Tangguh, berdaya, dan siap mendunia.

Kini, Nena Collection tak lagi berdiri sebagai usaha rumahan semata, tetapi sebagai brand yang punya visi membangun karya lokal yang berdaya saing, sekaligus membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar.


Nena Collection di Trade Expo 2024

Senang sekali ada booth Nena Collection sewaktu saya berkunjung ke Trade Expo Indonesia 2024 di ICE BSD tahun lalu. Saya pun berkesempatan bertanya-tanya kepada Bu Erna di booth . Momen paling membanggakan bagi Bu Erna adalah ketika Nena Collection mendapat kesempatan tampil di pameran berskala besar seperti Trade Expo. Produk yang dulu hanya dijual dari rumah kini bisa berdiri sejajar dengan brand-brand lain di panggung nasional.

Salah satu koleksi Nena Collection yang saya beli di Trade Expo 2024 yakni “Tas Tenun Stagen”. Di sini Bu Erna memodifikasi kain stagen menjadi tas.

“Rasanya seperti mimpi,” ucapnya. “Dari ruang tamu kecil, kini produk kami bisa dilihat orang dari berbagai daerah. Itu bukan hanya kebanggaan, tapi bukti bahwa kerja keras selalu ada hasilnya.”

Saya juga membeli beberapa produk Nena Collection. Sebuah tas dengan jahitan yang rapi dan desain elegan, pouch praktis yang cocok dibawa ke mana saja, dompet koin mungil bermotif unik yang langsung membuat saya jatuh hati, hingga cooking gloves (cempal) yang bukan hanya berguna di dapur, tapi juga indah dipandang saat digantung di dapur.

Kontribusi ASTRA YDBA
Produk Nena Collection yang saya koleksi hasil hunting di Trade Expo 2024, alhamdulillah sangat bermanfaat 
Bagi saya, membeli produk-produk ini bukan sekadar transaksi. Setiap jahitan membawa cerita, setiap motif menyimpan doa, dan setiap karya mencerminkan semangat Bu Erna serta para ibu yang ikut terlibat dalam produksi Nena Collection.


Astra Melalui YDBA Beraksi untuk UMKM Indonesia

Kisah Nena Collection hanyalah satu dari banyak cerita inspiratif UMKM Indonesia yang tumbuh bersama pendampingan Astra melalui YDBA. Apa yang dilakukan Astra bukan sekadar memberikan pelatihan, tetapi juga membuka jalan, menghubungkan pasar, dan menanamkan keberanian bagi pelaku usaha kecil untuk bermimpi lebih besar. Ini sesuai dengan filosofi Astra melalui YDBA yakni Beri Kail Bukan Ikan.

Bagi Bu Erna, Nena Collection bukan sekadar bisnis. Ini adalah perjalanan hidup, sarana berbagi manfaat, dan bukti nyata bahwa UMKM mampu menjadi tulang punggung ekonomi bangsa jika diberi ruang untuk berkembang.

Di setiap jahitan, ada harapan yang dirajut. Dari ruang tamu sederhana, kini lahir cerita tentang keteguhan hati, kerja keras, dan mimpi yang tak pernah padam.

Dengan dukungan nyata Astra melalui YDBA, Nena Collection telah membuktikan bahwa tidak ada mimpi yang terlalu kecil untuk diwujudkan. Karena pada akhirnya, beraksi untuk UMKM Indonesia berarti beraksi untuk masa depan bangsa.


Nena Collection: Jalan Imogiri Barat KM 8 Sudimoro RT 01 Timbulharjo Sewon Bantul Yogyakarta


Tuty Queen









Share
Tweet
Pin
Share
25 Comments

Fashion
Internet Bisnis untuk Fashion Global
Ada banyak cara sebuah mimpi bisa tumbuh, dan bagi Anggiasari Mawardi seorang desainer sekaligus entrepreneur perjalanan bisnis fashion bukan sekadar soal kain, benang, atau model pakaian. Ia adalah tentang bagaimana setiap detail bisa menyentuh hati, dan bagaimana karya lokal mampu menembus batas negara.

Brand yang lahir dari tangannya, Anggia Handmade, menjadi awal mula perjalanan ini. Koleksinya yang anggun, sarat bordir, dan penuh sentuhan budaya Indonesia, membuat banyak orang jatuh hati. Dari situ, lahirlah AM by Anggiasari yang mengusung konsep sustainable fashion dengan memanfaatkan deadstock garmen, lalu berkembang lagi dengan lini Anggia Syar’i.

Kini, Anggiasari menghadapi tantangan baru: membawa Anggia Corp lebih jauh, hingga mancanegara. Koleksinya sudah hadir di Filipina, Thailand, Inggris, hingga Prancis. Tapi ia sadar, mimpi besar tidak cukup hanya dengan ide kreatif dan rancangan indah. Di era digital ini, internet bisnis menjadi fondasi penting untuk mendukung ekspansi dan efisiensi.


Internet Bisnis, Bukan Lagi Sekadar Pilihan

Bayangkan ketika sebuah brand ingin mengikuti pameran internasional. Tantangannya tidak hanya di panggung fashion show, tetapi juga di balik layar. Mulai dari mengatur jadwal produksi, berkomunikasi dengan mitra luar negeri, hingga memastikan stok dan desain terbaru bisa dilihat real time oleh tim maupun calon pembeli.

Anggiasari
Anggiasari (foto: Instagram @ambyanggiasari)
Inilah yang sedang dipersiapkan oleh Anggiasari. Ia mulai menengok pada solusi digital yang ditawarkan oleh Indibiz, layanan internet bisnis yang memang dirancang untuk mendukung kebutuhan usaha. Baginya, ini bukan sekadar soal koneksi, tapi bagaimana sebuah sistem digital bisa menopang pertumbuhan perusahaan.


Mengapa Internet Bisnis Penting untuk Fashion?

Fashion adalah industri yang bergerak cepat. Tren bisa berubah hanya dalam hitungan minggu. Dengan internet bisnis, pelaku usaha seperti Anggiasari bisa:

  1. Mengelola Produksi Lebih Efisien
    Data stok, ketersediaan bahan, hingga alur produksi dapat dipantau dalam sistem digital yang terhubung. Ini membantu mengurangi risiko salah hitung atau keterlambatan pengiriman.

  2. Memperluas Pasar Online
    Kehadiran butik fisik kini harus dilengkapi dengan marketplace dan website. Internet bisnis mendukung akses stabil untuk mengelola katalog online, update desain terbaru, hingga memantau transaksi secara real time.

  3. Mendukung Komunikasi Global
    Saat berkolaborasi dengan mitra luar negeri, kualitas komunikasi menjadi krusial. Internet bisnis membuat video conference, pengiriman file desain besar, hingga koordinasi lintas zona waktu lebih lancar.

  4. Memudahkan Analisis Bisnis
    Dengan sistem digital yang terintegrasi, Anggia Corp bisa membaca tren penjualan, preferensi pasar, hingga efektivitas strategi pemasaran dengan lebih akurat.

Indibiz Solusi untuk Pertumbuhan

Bagi banyak UKM maupun perusahaan kreatif, biaya sering jadi pertimbangan utama. Indibiz hadir dengan berbagai paket internet bisnis yang fleksibel, mulai dari Paket Basic seharga 300 ribuan hingga pilihan kecepatan hingga 300 Mbps.

Selain itu, Indibiz juga menghadirkan fitur tambahan untuk mendukung operasional, seperti:

  • Layanan pelanggan digital untuk menjawab pertanyaan pembeli lebih cepat
  • Sistem administrasi dan keuangan yang lebih rapi
  • Manajemen produksi yang terhubung secara online

Bagi Anggiasari, hal-hal ini penting ketika ia hendak menggandeng UKM lokal untuk proyek kolaborasi. Ia membutuhkan jaringan yang andal, sistem yang mudah dipantau, serta akses data yang cepat agar semua berjalan sinkron.


Dari Bandung Menjelajah Dunia, Kini Didukung Teknologi

Industri fashion memang berbicara tentang estetika, tetapi keberhasilan bisnis berbicara tentang efisiensi. Anggiasari menyadari, tanpa digitalisasi, pertumbuhan akan terbatas. Karena itu, memilih internet bisnis yang tepat bukan lagi sekadar kebutuhan tambahan, tapi bagian dari strategi utama.

Dengan Indibiz, ia bisa lebih leluasa merancang, mengeksekusi, dan mengantarkan karya ke pasar global. Dan di balik setiap gaun, hijab, atau aksesori yang ia hasilkan, ada sistem digital yang menopang perjalanannya.

Fashion Indonesia punya potensi besar. Dan dengan dukungan internet bisnis yang stabil, terjangkau, serta dirancang khusus untuk usaha, kisah Anggiasari bukan sekadar cerita sukses personal, melainkan gambaran bagaimana UKM kreatif bisa naik kelas bersama digitalisasi.

Internet bisnis bukan hanya untuk bekerja lebih cepat, tetapi untuk membuka lebih banyak peluang. Dari Bandung, Anggiasari membuktikan bahwa mimpi bisa menjelajah dunia asal didukung konektivitas yang tepat.






Share
Tweet
Pin
Share
1 Comments
Older Posts

Hello! I’m Tuty Queen

Hello! I’m Tuty Queen

Follow Me

  • instagram
  • facebook
  • twitter
  • pinterest

Cara Mudah Membuat eBook di Canva

Cara Mudah Membuat eBook di Canva

Seedbacklink

Seedbacklink affiliate

Design Anti Ribet Cuma Pakai Canva

Design Anti Ribet Cuma Pakai Canva

Total Pageviews

Categories

  • Asuransi
  • Canva
  • Dompet Dhuafa
  • Film
  • Food
  • Lingkungan
  • NPD
  • Sport
  • aplikasi
  • beauty
  • ekonomi
  • fashion
  • finance
  • halal lifestyle
  • health
  • hotel
  • kuliner
  • lifestyle
  • teknologi digital

Blog Archive

  • ►  2014 (6)
    • ►  November 2014 (6)
  • ►  2015 (37)
    • ►  March 2015 (1)
    • ►  May 2015 (3)
    • ►  June 2015 (5)
    • ►  October 2015 (3)
    • ►  November 2015 (7)
    • ►  December 2015 (18)
  • ►  2016 (167)
    • ►  January 2016 (11)
    • ►  February 2016 (16)
    • ►  March 2016 (21)
    • ►  April 2016 (15)
    • ►  May 2016 (11)
    • ►  June 2016 (16)
    • ►  July 2016 (6)
    • ►  August 2016 (7)
    • ►  September 2016 (10)
    • ►  October 2016 (20)
    • ►  November 2016 (18)
    • ►  December 2016 (16)
  • ►  2017 (176)
    • ►  January 2017 (12)
    • ►  February 2017 (14)
    • ►  March 2017 (11)
    • ►  April 2017 (16)
    • ►  May 2017 (14)
    • ►  June 2017 (14)
    • ►  July 2017 (6)
    • ►  August 2017 (21)
    • ►  September 2017 (10)
    • ►  October 2017 (20)
    • ►  November 2017 (15)
    • ►  December 2017 (23)
  • ►  2018 (171)
    • ►  January 2018 (9)
    • ►  February 2018 (13)
    • ►  March 2018 (17)
    • ►  April 2018 (18)
    • ►  May 2018 (16)
    • ►  June 2018 (9)
    • ►  July 2018 (6)
    • ►  August 2018 (18)
    • ►  September 2018 (13)
    • ►  October 2018 (17)
    • ►  November 2018 (13)
    • ►  December 2018 (22)
  • ►  2019 (108)
    • ►  January 2019 (11)
    • ►  February 2019 (3)
    • ►  March 2019 (5)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  May 2019 (13)
    • ►  June 2019 (6)
    • ►  July 2019 (11)
    • ►  August 2019 (17)
    • ►  September 2019 (10)
    • ►  October 2019 (10)
    • ►  November 2019 (11)
    • ►  December 2019 (10)
  • ►  2020 (64)
    • ►  January 2020 (6)
    • ►  February 2020 (8)
    • ►  March 2020 (8)
    • ►  April 2020 (5)
    • ►  May 2020 (6)
    • ►  June 2020 (1)
    • ►  July 2020 (4)
    • ►  August 2020 (12)
    • ►  September 2020 (5)
    • ►  October 2020 (2)
    • ►  November 2020 (3)
    • ►  December 2020 (4)
  • ►  2021 (63)
    • ►  January 2021 (5)
    • ►  February 2021 (3)
    • ►  March 2021 (5)
    • ►  April 2021 (4)
    • ►  May 2021 (3)
    • ►  June 2021 (1)
    • ►  July 2021 (2)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  October 2021 (10)
    • ►  November 2021 (11)
    • ►  December 2021 (12)
  • ►  2022 (67)
    • ►  January 2022 (2)
    • ►  February 2022 (7)
    • ►  March 2022 (10)
    • ►  April 2022 (12)
    • ►  May 2022 (5)
    • ►  June 2022 (5)
    • ►  July 2022 (5)
    • ►  August 2022 (3)
    • ►  September 2022 (5)
    • ►  October 2022 (4)
    • ►  November 2022 (3)
    • ►  December 2022 (6)
  • ►  2023 (49)
    • ►  February 2023 (3)
    • ►  March 2023 (4)
    • ►  April 2023 (2)
    • ►  May 2023 (7)
    • ►  June 2023 (3)
    • ►  July 2023 (7)
    • ►  August 2023 (3)
    • ►  September 2023 (7)
    • ►  October 2023 (4)
    • ►  November 2023 (5)
    • ►  December 2023 (4)
  • ►  2024 (29)
    • ►  January 2024 (1)
    • ►  February 2024 (3)
    • ►  March 2024 (8)
    • ►  April 2024 (2)
    • ►  May 2024 (1)
    • ►  June 2024 (5)
    • ►  July 2024 (2)
    • ►  August 2024 (2)
    • ►  September 2024 (3)
    • ►  October 2024 (1)
    • ►  November 2024 (1)
  • ▼  2025 (38)
    • ►  January 2025 (4)
    • ►  February 2025 (3)
    • ►  March 2025 (1)
    • ►  April 2025 (1)
    • ►  May 2025 (2)
    • ►  June 2025 (8)
    • ►  July 2025 (10)
    • ►  August 2025 (7)
    • ►  September 2025 (1)
    • ▼  October 2025 (1)
      • Menyatukan Gerak Ibu, Membangun Generasi dari Sete...

Contact Form

Name

Email *

Message *

Member of

Member of



Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates