Pages

  • Home

travel beauty

Fashion
Internet Bisnis untuk Fashion Global
Ada banyak cara sebuah mimpi bisa tumbuh, dan bagi Anggiasari Mawardi seorang desainer sekaligus entrepreneur perjalanan bisnis fashion bukan sekadar soal kain, benang, atau model pakaian. Ia adalah tentang bagaimana setiap detail bisa menyentuh hati, dan bagaimana karya lokal mampu menembus batas negara.

Brand yang lahir dari tangannya, Anggia Handmade, menjadi awal mula perjalanan ini. Koleksinya yang anggun, sarat bordir, dan penuh sentuhan budaya Indonesia, membuat banyak orang jatuh hati. Dari situ, lahirlah AM by Anggiasari yang mengusung konsep sustainable fashion dengan memanfaatkan deadstock garmen, lalu berkembang lagi dengan lini Anggia Syar’i.

Kini, Anggiasari menghadapi tantangan baru: membawa Anggia Corp lebih jauh, hingga mancanegara. Koleksinya sudah hadir di Filipina, Thailand, Inggris, hingga Prancis. Tapi ia sadar, mimpi besar tidak cukup hanya dengan ide kreatif dan rancangan indah. Di era digital ini, internet bisnis menjadi fondasi penting untuk mendukung ekspansi dan efisiensi.


Internet Bisnis, Bukan Lagi Sekadar Pilihan

Bayangkan ketika sebuah brand ingin mengikuti pameran internasional. Tantangannya tidak hanya di panggung fashion show, tetapi juga di balik layar. Mulai dari mengatur jadwal produksi, berkomunikasi dengan mitra luar negeri, hingga memastikan stok dan desain terbaru bisa dilihat real time oleh tim maupun calon pembeli.

Anggiasari
Anggiasari (foto: Instagram @ambyanggiasari)
Inilah yang sedang dipersiapkan oleh Anggiasari. Ia mulai menengok pada solusi digital yang ditawarkan oleh Indibiz, layanan internet bisnis yang memang dirancang untuk mendukung kebutuhan usaha. Baginya, ini bukan sekadar soal koneksi, tapi bagaimana sebuah sistem digital bisa menopang pertumbuhan perusahaan.


Mengapa Internet Bisnis Penting untuk Fashion?

Fashion adalah industri yang bergerak cepat. Tren bisa berubah hanya dalam hitungan minggu. Dengan internet bisnis, pelaku usaha seperti Anggiasari bisa:

  1. Mengelola Produksi Lebih Efisien
    Data stok, ketersediaan bahan, hingga alur produksi dapat dipantau dalam sistem digital yang terhubung. Ini membantu mengurangi risiko salah hitung atau keterlambatan pengiriman.

  2. Memperluas Pasar Online
    Kehadiran butik fisik kini harus dilengkapi dengan marketplace dan website. Internet bisnis mendukung akses stabil untuk mengelola katalog online, update desain terbaru, hingga memantau transaksi secara real time.

  3. Mendukung Komunikasi Global
    Saat berkolaborasi dengan mitra luar negeri, kualitas komunikasi menjadi krusial. Internet bisnis membuat video conference, pengiriman file desain besar, hingga koordinasi lintas zona waktu lebih lancar.

  4. Memudahkan Analisis Bisnis
    Dengan sistem digital yang terintegrasi, Anggia Corp bisa membaca tren penjualan, preferensi pasar, hingga efektivitas strategi pemasaran dengan lebih akurat.

Indibiz Solusi untuk Pertumbuhan

Bagi banyak UKM maupun perusahaan kreatif, biaya sering jadi pertimbangan utama. Indibiz hadir dengan berbagai paket internet bisnis yang fleksibel, mulai dari Paket Basic seharga 300 ribuan hingga pilihan kecepatan hingga 300 Mbps.

Selain itu, Indibiz juga menghadirkan fitur tambahan untuk mendukung operasional, seperti:

  • Layanan pelanggan digital untuk menjawab pertanyaan pembeli lebih cepat
  • Sistem administrasi dan keuangan yang lebih rapi
  • Manajemen produksi yang terhubung secara online

Bagi Anggiasari, hal-hal ini penting ketika ia hendak menggandeng UKM lokal untuk proyek kolaborasi. Ia membutuhkan jaringan yang andal, sistem yang mudah dipantau, serta akses data yang cepat agar semua berjalan sinkron.


Dari Bandung Menjelajah Dunia, Kini Didukung Teknologi

Industri fashion memang berbicara tentang estetika, tetapi keberhasilan bisnis berbicara tentang efisiensi. Anggiasari menyadari, tanpa digitalisasi, pertumbuhan akan terbatas. Karena itu, memilih internet bisnis yang tepat bukan lagi sekadar kebutuhan tambahan, tapi bagian dari strategi utama.

Dengan Indibiz, ia bisa lebih leluasa merancang, mengeksekusi, dan mengantarkan karya ke pasar global. Dan di balik setiap gaun, hijab, atau aksesori yang ia hasilkan, ada sistem digital yang menopang perjalanannya.

Fashion Indonesia punya potensi besar. Dan dengan dukungan internet bisnis yang stabil, terjangkau, serta dirancang khusus untuk usaha, kisah Anggiasari bukan sekadar cerita sukses personal, melainkan gambaran bagaimana UKM kreatif bisa naik kelas bersama digitalisasi.

Internet bisnis bukan hanya untuk bekerja lebih cepat, tetapi untuk membuka lebih banyak peluang. Dari Bandung, Anggiasari membuktikan bahwa mimpi bisa menjelajah dunia asal didukung konektivitas yang tepat.






Share
Tweet
Pin
Share
No Comments

Era Digital
Inspirasi Cek Rim Kupi Aceh Bersama Indibiz
Sebagai seorang entrepreneur, saya punya kebiasaan kecil yang mungkin terdengar sederhana yaitu memperhatikan bagaimana bisnis lain tumbuh. Kadang lewat obrolan santai, kadang dari artikel, dan seringnya dari konten singkat di media sosial. Dari situ saya belajar banyak hal bahwa dunia usaha selalu penuh ide, penuh inspirasi.

Belum lama ini, saya menonton sebuah Reels dari akun Instagram @indibiz.id. Kontennya membahas tentang sebuah warung kopi di Banda Aceh bernama Cek Rim Kupi Aceh. Sekilas, terdengar biasa saja. Tapi semakin saya ikuti ceritanya, semakin saya merasa wah, ini menarik sekali! Karena ternyata, warung kopi ini sudah terdigitalisasi dengan layanan Indibiz Ruko dan WiFi Manage Service dari Telkom.

Sejujurnya, saya tidak pernah membayangkan bahwa sebuah warung kopi yang identik dengan obrolan hangat, kursi kayu, dan aroma minuman herbal akan berpadu dengan teknologi digital. Tapi nyatanya, justru itulah yang membuat Cek Rim Kupi semakin relevan di mata pelanggan.


Cerita Awal Cek Rim Kupi Aceh

Menurut cerita Imam Akmal, perwakilan dari owner Cek Rim Kupi, usaha ini lahir dari dukungan rekan-rekan yang ingin membangun sebuah tempat nongkrong khas Aceh. Kalau kita bicara tentang Aceh, tentu tidak bisa dilepaskan dari budaya ngopi. Di sana, warung kopi adalah lebih dari sekadar tempat minum. Ia adalah ruang sosial: tempat ide besar dibicarakan, keputusan dibuat, hingga persahabatan dijalin.

Indibiz
Imam Akmal, perwakilan dari owner Cek Rim Kupi Aceh. Sumber: Instagram @indibiz@id

Nah, yang menarik, Cek Rim Kupi hadir dengan ciri khasnya sendiri. Mereka bukan hanya menjual kopi, tapi juga menghadirkan minuman sehat berbahan alami, seperti sereh dan jahe. Bayangkan, minuman yang menenangkan, menyehatkan, sekaligus cocok untuk dinikmati sambil ngobrol panjang.

Namun Imam dan timnya tidak berhenti di situ. Mereka sadar, zaman sudah berubah. Nongkrong hari ini bukan hanya tentang duduk bersama, tapi juga tentang tetap terkoneksi dengan dunia digital. Orang ingin ngobrol, tapi juga ingin online. Orang ingin rileks, tapi juga tetap produktif.


Digitalisasi yang Membuat Pelanggan Betah

Di sinilah peran Indibiz masuk. Cek Rim Kupi kini menggunakan Indibiz Ruko dengan layanan WiFi Manage Service. Jadi, pengunjung bisa duduk santai sambil tetap online dengan jaringan yang stabil.

Saya bisa membayangkan suasananya seorang mahasiswa yang mengerjakan tugas dengan laptop, sambil sesekali menyeruput minuman sereh hangat. Atau sekelompok teman yang nongkrong berjam-jam, sambil update status dan membagikan foto kebersamaan mereka. Semua itu mungkin, karena internetnya cepat dan stabil.

Indibiz
Cek Rim Kupi Aceh. Sumber: Instagram @indibiz.id
Dari sisi bisnis, tentu ini bukan hal sepele. Dengan adanya internet yang bisa diandalkan, pelanggan merasa lebih nyaman. Mereka betah lebih lama, memesan lebih banyak, dan yang tak kalah penting membagikan pengalaman mereka di media sosial. Sebuah promosi gratis yang nilainya tidak ternilai.

Bukan hanya pelanggan, staf warung pun ikut terbantu. Layanan WiFi Manage Service membantu meningkatkan efektivitas kerja mereka. Tidak ada lagi drama soal koneksi lambat atau gangguan yang mengganggu ritme kerja. Semua bisa berjalan lebih lancar.


Mengapa Memilih Indibiz?

Imalm bercerita bahwa alasan memilih layanan internet dari Indibiz, khususnya WiFi.id, adalah karena reputasinya. WiFi.id sudah lama dikenal, bahkan menjadi penyedia internet pertama di Aceh. Reputasi itu yang membuat mereka percaya bahwa jaringan akan aman, stabil, dan bisa diandalkan.

Dan benar saja. Selama pemakaian, internet di Cek Rim Kupi terbukti cepat dan stabil. Bahkan yang membuat saya kagum, pelayanan dari Indibiz pun patut diacungi jempol. Kalau ada masalah, timnya langsung merespons cepat. Sebagai entrepreneur, saya tahu betapa pentingnya hal ini. Karena satu jam saja internet mati, bisa berpengaruh besar pada bisnis.


Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Dari kisah Cek Rim Kupi, saya menangkap satu hal penting bahwa digitalisasi bukan soal besar kecilnya bisnis, tapi soal kemauan pemilik usaha untuk memberi nilai tambah bagi pelanggan.

Kalau dipikir-pikir, apa yang membuat pelanggan ingin datang kembali ke sebuah tempat? Bukan hanya produk yang enak atau harga yang terjangkau, tapi juga pengalaman.

Cek Rim Kupi tidak hanya menjual minuman sehat. Mereka menjual pengalaman nongkrong yang relevan dengan gaya hidup sekarang. Di mana kita bisa merasa santai, terhubung, dan produktif sekaligus.

Sebagai entrepreneur, saya jadi berkaca. Kadang kita terlalu fokus pada apa yang kita jual, sampai lupa bahwa pelanggan datang bukan hanya untuk membeli, tapi juga untuk merasakan. Dan seringkali, pengalaman itu bisa tercipta lewat sentuhan teknologi sederhana seperti jaringan WiFi yang stabil.


Mau Seperti Cek Rim Kupi?

Jujur, setelah mendengar cerita ini, saya jadi semakin yakin bahwa digitalisasi adalah langkah yang tidak bisa ditunda lagi. Kalau sebuah warung kopi di Banda Aceh bisa naik level dengan teknologi, kenapa usaha lain tidak bisa?

Indibiz lewat produk Indibiz Ruko dan WiFi Manage Service jelas menjadi solusi yang bisa diandalkan. Dengan dukungan internet yang stabil, pelanggan nyaman, staf terbantu, dan bisnis pun makin berkembang.

Dan yang paling saya suka, caranya pun mudah. Kalau kamu tertarik untuk mengikuti jejak Cek Rim Kupi, tinggal pilih jalur yang paling praktis:

  • WhatsApp ke bit.ly/haloindibiz
  • DM Instagram ke @indibizcare
  • atau telepon langsung ke 1500250

Bagi saya pribadi, kisah Cek Rim Kupi ini adalah pengingat. Bahwa kita tidak pernah berhenti belajar sebagai entrepreneur. Kadang inspirasi datang dari bisnis besar, kadang dari warung sederhana. Dan sering kali, yang membedakan bukanlah ukuran bisnisnya, tapi keberanian untuk melangkah ke era baru.

Jadi, kalau suatu hari nanti saya liburan ke Banda Aceh, saya tahu persis ke mana akan melangkahkan kaki. Nongkrong di Cek Rim Kupi, memesan segelas jahe hangat, dan tentu saja… menikmati internet cepat sambil merenungkan langkah bisnis berikutnya.




Share
Tweet
Pin
Share
No Comments

Go Digital Bersama Canva
Petani Milenial Go Digital Bersama Canva

Pagi itu pada tanggal 19 Agustus 2025, aula Balai Penyuluhan Pertanian Wilayah VI, Dramaga Bogor terasa berbeda. Biasanya ruangan ini dipenuhi diskusi tentang pupuk, bibit, atau cuaca yang menentukan hasil panen. Namun kali ini, suasananya berubah menjadi ruang penuh energi baru. Puluhan petani muda datang dengan semangat yang jarang saya lihat sebelumnya. Mereka tidak hanya membawa cerita tentang ladang, tetapi juga rasa ingin tahu yang besar tentang dunia digital.

Di antara layar-layar gadget yang terbuka, saya melihat satu kesamaan: keinginan untuk belajar hal baru. Canva, sebuah platform desain yang awalnya mungkin terdengar asing bagi sebagian dari mereka, pelan-pelan menjadi sesuatu yang memantik rasa penasaran.


Canva dan Pertanian: Dua Dunia yang Bertemu

Banyak orang mengira dunia pertanian jauh dari urusan desain. Padahal, kenyataannya justru sebaliknya. Hasil panen tidak cukup hanya bagus kualitasnya, tapi juga perlu dikemas dengan cara yang menarik.

Beras organik dengan kemasan biasa tentu akan kalah menonjol dibanding beras yang memiliki label modern dan profesional. Sayuran segar yang difoto seadanya mungkin tidak akan mengundang perhatian sebanyak poster estetik yang siap diunggah di media sosial. Semua hal itu menjadi pembeda yang bisa menentukan apakah produk pertanian sekadar lewat atau justru diminati pasar.

Fitur-fitur Canva
Memanfaatkan Template dan Fitur-fitur Canva Membuat Desain Kreatif Dunia Pertanian

Di sinilah Canva hadir. Sebuah alat sederhana yang mampu menjembatani petani untuk masuk ke dunia digital tanpa ribet. Canva untuk petani, mereka bisa membuat desain label produk petani, katalog hasil panen, bahkan konten promosi hanya dengan sentuhan jari. Tidak perlu pengalaman desain, cukup niat untuk mencoba.


Suasana yang Berubah

Saat saya membagikan presentasi dan sambil praktik, saya menyaksikan sendiri bagaimana suasana aula yang semula tenang berubah menjadi penuh semangat dengan tanya jawab. Layar-layar ponsel mulai dipenuhi desain warna-warni, dari label produk hingga brosur sayuran. Beberapa bahkan mencoba membuat logo usaha tani mereka sendiri.

Canva
Membuat Desain Kreatif dengan Canva

Agar suasana semakin hidup, saya mengadakan kuis dadakan dengan pertanyaan ringan seputar Canva. Sorak sorai muncul setiap kali ada yang berhasil menjawab. Tak berhenti di situ, saya juga menggelar lomba design on the spot. Hanya dalam waktu singkat, para petani berlomba menghasilkan karya terbaik mereka.

Go Digital Bersama Canva
Tanya Jawab & Kuis Dadakan
Melihat hasilnya sungguh mengagumkan. Ada yang membuat label produk yang terlihat modern, ada pula yang berani memadukan warna-warna segar untuk promosi hasil tani mereka. Antusiasme peserta begitu terasa ketika pemenang terpilih diumumkan. Senyum lebar dan tepuk tangan mengiringi momen ketika mereka menerima merchandise Canva sebagai hadiah.

Petani Milenial
Bagi-bagi Merchandise Canva untuk Pemenang Kuis & Desain On the Spot

Bagi saya, momen sederhana itu bukan sekadar bagi-bagi hadiah. Itu adalah cara untuk menumbuhkan keberanian, rasa percaya diri, dan kebanggaan pada karya yang mereka hasilkan sendiri.

Workshop Canva pertanian ini tentu tidak akan terlaksana dengan meriah tanpa dukungan penuh dari Canva melalui saya selaku Duta Canva Indonesia. Mulai dari konsumsi, merchandise, hadiah untuk peserta, hingga semangat kolaborasi yang diberikan, semua membuat acara ini terasa istimewa. Dukungan ini sekaligus menjadi bukti nyata bahwa Canva peduli pada pemberdayaan masyarakat, termasuk petani milenial, agar mereka bisa memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan usaha tani secara kreatif dan profesional.


Lebih dari Sekadar Membuat Desain

Apa yang terjadi hari itu bukan hanya soal belajar fitur-fitur Canva. Lebih dari itu, ini tentang membuka pintu ke cara pandang baru. Pertanian bukan lagi sekadar aktivitas tradisional di sawah, tapi juga bagian dari ekosistem kreatif yang bisa bersaing di era digital.

Template Canva
Peserta Workshop Membuat Desain Memanfaatkan Template Canva

Kemampuan membuat desain visual memberi nilai tambah pada hasil panen. Produk pertanian tidak lagi tampil sederhana, melainkan hadir dengan identitas yang kuat. Branding, yang dulu terasa jauh dari dunia petani, kini mulai menjadi bagian dari strategi mereka.


Benih yang Mulai Tumbuh

Saya menyadari, pertemuan satu kali workshop saja tidaklah cukup untuk menjawab semua kebutuhan. Tapi setidaknya, benih sudah ditanam. Benih tentang pentingnya tampil profesional, tentang peluang pasar yang lebih luas, tentang kepercayaan diri bahwa petani pun bisa go digital.

Go Digital Bersama Canva
Workshop Petani Milenial Go Digital Bersama Canva
Langkah kecil ini bisa menjadi awal dari perjalanan panjang. Ada banyak kemungkinan yang bisa berkembang pelatihan branding produk pertanian, kelas digital marketing, hingga komunitas belajar yang saling mendukung. Semua itu bisa memperkuat posisi petani di tengah persaingan pasar yang semakin modern.


Harapan untuk Petani Milenial

Melihat semangat yang lahir hari itu, saya semakin yakin bahwa pertanian Indonesia punya masa depan cerah. Petani milenial tidak lagi hanya memegang cangkul dan sabit, tapi juga ponsel dan aplikasi digital. Mereka mampu memadukan kearifan lokal dengan teknologi baru.

Petani Go Digital
Petani Milenial Go Digital

Harapan saya sederhana agar semakin banyak petani yang berani keluar dari zona nyaman dan mencoba hal-hal baru. Agar hasil panen mereka tidak hanya dikenal di pasar desa, tapi juga bisa menembus pasar digital, bahkan lintas negara.

Petani Go Digital
Terima kasih Oleh-olehnya (produk petani milenial)
Pulang dari Bogor saya masih membawa perasaan yang sulit dilukiskan. Ada kebahagiaan tersendiri melihat bagaimana ide-ide kreatif bermunculan dari orang-orang yang selama ini lebih dikenal dengan kerja keras di sawah. Siapa sangka, Canva bisa menjadi salah satu alat sederhana yang membantu petani milenial memanen masa depan mereka. 






Share
Tweet
Pin
Share
No Comments

Digitalisasi
Stabilitas internet, kunci digitalisasi pendidikan & bisnis
Ada satu hal yang belakangan ini semakin saya yakini sebagai entrepreneur, fondasi digital yang kuat bukan hanya milik perusahaan raksasa, tapi juga penting bagi lembaga pendidikan, bahkan sekolah kejuruan di daerah. Keyakinan itu makin kuat setelah saya membaca sebuah cerita inspiratif di akun Instagram @indibiz.id tentang SMK Nurul Amaliyah.

Sekolah ini berdiri sejak tahun 1997, didirikan oleh Bapak Dr. Haji Muhammad Supriyanto, dan saat ini berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah dengan ketua Bapak Bambang Irawan, SH. Dari postingan itu, saya bisa melihat bagaimana sebuah yayasan pendidikan pun sudah sadar betul bahwa digitalisasi adalah kebutuhan, bukan sekadar pilihan.


Sekolah yang Berkembang dengan Digitalisasi

Yang menarik perhatian saya bukan hanya usia sekolah yang sudah berdiri sejak 1997, melainkan fasilitas yang mereka siapkan untuk siswanya. Sebagai entrepreneur, saya sering berpikir bagaimana cara sebuah lembaga bisa membekali generasi muda agar siap menghadapi dunia kerja.

Di SMK Nurul Amaliyah, fasilitas itu diwujudkan dalam bentuk laboratorium komputer, bengkel teknik otomotif, bengkel teknik bisnis sepeda motor, hingga mini office untuk praktik administrasi perkantoran. Semua ini jelas bukan investasi kecil. Sekolah sadar, siswa tidak cukup hanya diajarkan teori; mereka butuh praktik nyata sesuai jurusan masing-masing.

Tapi ada satu hal yang jadi penghubung dari semua fasilitas itu: akses internet bisnis yang stabil. Karena tanpa internet, laboratorium komputer hanya jadi ruangan berisi perangkat, dan mini office hanya jadi ruangan simulasi tanpa data yang relevan.


Internet sebagai “Nadi” Sekolah

Dari cerita di Instagram Indibiz, saya tahu bahwa SMK Nurul Amaliyah sudah menggunakan layanan internet Indibiz dari Telkom Indonesia selama tiga tahun terakhir. Dengan kecepatan 100 Mbps, internet itu digunakan bukan hanya oleh guru, tapi juga staf pegawai dan siswa.

Internet Bisnis
Kepala Sekolah SMK Nurul Amaliyah

Bapak Reza Akbar, S.Kom, Kepala Sekolah SMK Nurul Amaliyah, menjelaskan bahwa sejauh ini jaringan Indibiz terbukti stabil, cepat, dan sangat mendukung kegiatan belajar-mengajar. Baik ketika guru menyiapkan materi, staf menjalankan administrasi, maupun siswa melakukan praktik digital.

Kalau dipikir-pikir, digitalisasi pendidikan ini tak jauh berbeda dengan digitalisasi bisnis. Internet bisnis yang andal membuat operasional berjalan lancar, mengurangi hambatan teknis, dan meningkatkan kualitas layanan. Dalam konteks sekolah, “layanan” itu adalah proses belajar-mengajar yang lebih modern dan relevan dengan dunia kerja.


Inspirasi untuk Entrepreneur

Sebagai entrepreneur, saya justru mendapat inspirasi lain dari cerita ini. Kalau sebuah sekolah kejuruan saja bisa memanfaatkan internet stabil untuk mendukung operasional, bukankah bisnis pun harus melakukan hal yang sama?

Saya jadi teringat bisnis-bisnis kecil yang sering kali menganggap internet sekadar untuk promosi media sosial. Padahal, sama seperti sekolah, bisnis pun punya “kelas belajar” dan “praktik nyata” yang membutuhkan infrastruktur digital.

  • Laboratorium komputer di sekolah mirip dengan ruang kerja digital di bisnis tempat tim mengolah data, membuat desain, hingga mengelola laporan.

  • Bengkel otomotif dan sepeda motor bisa dianalogikan dengan lini produksi usaha tempat proses kerja terjadi dan harus didukung teknologi.

  • Mini office untuk administrasi persis seperti bagian back-office sebuah perusahaan mengurus transaksi, keuangan, dan komunikasi.

Dan semua itu hanya bisa berjalan efisien jika ada internet stabil.


Dari Sekolah ke Dunia Usaha

Saya jadi melihat bahwa kisah SMK Nurul Amaliyah bukan hanya relevan bagi dunia pendidikan, tapi juga memberi pesan universal: digitalisasi membuat sebuah sistem lebih efisien dan terpercaya.

SMK Nurul Amaliyah
SMK Nurul Amaliyah. Sumber: Instagram @indibiz.id

Di sekolah, internet membuat siswa lebih mudah mengakses materi, guru lebih cepat berkolaborasi, dan staf lebih rapi mengelola administrasi. Di bisnis, internet membuat transaksi lebih lancar, komunikasi tim lebih cepat, dan pelayanan ke pelanggan lebih memuaskan.

Keduanya sama-sama membutuhkan stabilitas. Karena ketika internet macet, kelas bisa berhenti, bisnis bisa mandek.


Kolaborasi Teknologi dan Visi

Ada satu hal yang membuat saya makin terkesan. Yayasan Pendidikan Nurul Amaliyah bukan hanya menyediakan fasilitas fisik, tapi juga berpikir jauh ke depan dengan mengadopsi teknologi digital. Ini mengingatkan saya bahwa teknologi tidak bisa berdiri sendiri ia butuh visi dari pemimpin.

Keputusan untuk berinvestasi pada internet bisnis 100 Mbps bukanlah keputusan sepele. Itu adalah bentuk komitmen agar seluruh civitas akademik bisa berkembang sesuai tuntutan zaman. Dan di sinilah saya merasa, entrepreneur maupun lembaga pendidikan sama-sama dituntut punya keberanian untuk berinvestasi pada teknologi.


Refleksi untuk Bisnis Saya

Membaca kisah ini di Instagram Indibiz membuat saya melakukan refleksi sederhana. Bisnis saya mungkin bukan sekolah, tapi prinsipnya sama. Kalau ingin tumbuh, saya tidak bisa lagi mengandalkan sistem manual atau infrastruktur digital seadanya.

Saya perlu menyiapkan fondasi yang kokoh, sama seperti SMK Nurul Amaliyah menyiapkan laboratorium, bengkel, mini office, dan internet stabil. Karena di dunia bisnis, pelanggan butuh kecepatan dan ketepatan yang hanya bisa didukung oleh teknologi yang handal.

Akhirnya saya sampai pada kesimpulan bahwa cerita SMK Nurul Amaliyah ini bukan sekadar tentang pendidikan. Ini adalah kisah tentang bagaimana sebuah institusi mampu bertahan dan berkembang dengan memanfaatkan teknologi.

Sebagai entrepreneur, saya belajar bahwa digitalisasi bukan sekadar mengikuti tren, tapi soal menciptakan efisiensi yang nyata. Dan kalau sebuah sekolah kejuruan di bawah yayasan bisa melakukannya, mengapa kita sebagai pelaku usaha tidak?

Karena pada akhirnya, baik dunia pendidikan maupun bisnis, punya tujuan yang sama: memberi pelayanan terbaik bagi orang yang mereka layani.

Sumber inspirasi: Instagram @indibiz.id 







Share
Tweet
Pin
Share
No Comments
Newer Posts
Older Posts

Hello! I’m Tuty Queen

Hello! I’m Tuty Queen

Follow Me

  • instagram
  • facebook
  • twitter
  • pinterest

Cara Mudah Membuat eBook di Canva

Cara Mudah Membuat eBook di Canva

Seedbacklink

Seedbacklink affiliate

Design Anti Ribet Cuma Pakai Canva

Design Anti Ribet Cuma Pakai Canva

Total Pageviews

Categories

  • Asuransi
  • Canva
  • Dompet Dhuafa
  • Film
  • Food
  • Lingkungan
  • NPD
  • Sport
  • aplikasi
  • beauty
  • ekonomi
  • fashion
  • finance
  • halal lifestyle
  • health
  • hotel
  • kuliner
  • lifestyle
  • teknologi digital

Blog Archive

  • ►  2014 (6)
    • ►  November 2014 (6)
  • ►  2015 (37)
    • ►  March 2015 (1)
    • ►  May 2015 (3)
    • ►  June 2015 (5)
    • ►  October 2015 (3)
    • ►  November 2015 (7)
    • ►  December 2015 (18)
  • ►  2016 (167)
    • ►  January 2016 (11)
    • ►  February 2016 (16)
    • ►  March 2016 (21)
    • ►  April 2016 (15)
    • ►  May 2016 (11)
    • ►  June 2016 (16)
    • ►  July 2016 (6)
    • ►  August 2016 (7)
    • ►  September 2016 (10)
    • ►  October 2016 (20)
    • ►  November 2016 (18)
    • ►  December 2016 (16)
  • ►  2017 (176)
    • ►  January 2017 (12)
    • ►  February 2017 (14)
    • ►  March 2017 (11)
    • ►  April 2017 (16)
    • ►  May 2017 (14)
    • ►  June 2017 (14)
    • ►  July 2017 (6)
    • ►  August 2017 (21)
    • ►  September 2017 (10)
    • ►  October 2017 (20)
    • ►  November 2017 (15)
    • ►  December 2017 (23)
  • ►  2018 (171)
    • ►  January 2018 (9)
    • ►  February 2018 (13)
    • ►  March 2018 (17)
    • ►  April 2018 (18)
    • ►  May 2018 (16)
    • ►  June 2018 (9)
    • ►  July 2018 (6)
    • ►  August 2018 (18)
    • ►  September 2018 (13)
    • ►  October 2018 (17)
    • ►  November 2018 (13)
    • ►  December 2018 (22)
  • ►  2019 (108)
    • ►  January 2019 (11)
    • ►  February 2019 (3)
    • ►  March 2019 (5)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  May 2019 (13)
    • ►  June 2019 (6)
    • ►  July 2019 (11)
    • ►  August 2019 (17)
    • ►  September 2019 (10)
    • ►  October 2019 (10)
    • ►  November 2019 (11)
    • ►  December 2019 (10)
  • ►  2020 (64)
    • ►  January 2020 (6)
    • ►  February 2020 (8)
    • ►  March 2020 (8)
    • ►  April 2020 (5)
    • ►  May 2020 (6)
    • ►  June 2020 (1)
    • ►  July 2020 (4)
    • ►  August 2020 (12)
    • ►  September 2020 (5)
    • ►  October 2020 (2)
    • ►  November 2020 (3)
    • ►  December 2020 (4)
  • ►  2021 (63)
    • ►  January 2021 (5)
    • ►  February 2021 (3)
    • ►  March 2021 (5)
    • ►  April 2021 (4)
    • ►  May 2021 (3)
    • ►  June 2021 (1)
    • ►  July 2021 (2)
    • ►  August 2021 (3)
    • ►  September 2021 (4)
    • ►  October 2021 (10)
    • ►  November 2021 (11)
    • ►  December 2021 (12)
  • ►  2022 (67)
    • ►  January 2022 (2)
    • ►  February 2022 (7)
    • ►  March 2022 (10)
    • ►  April 2022 (12)
    • ►  May 2022 (5)
    • ►  June 2022 (5)
    • ►  July 2022 (5)
    • ►  August 2022 (3)
    • ►  September 2022 (5)
    • ►  October 2022 (4)
    • ►  November 2022 (3)
    • ►  December 2022 (6)
  • ►  2023 (49)
    • ►  February 2023 (3)
    • ►  March 2023 (4)
    • ►  April 2023 (2)
    • ►  May 2023 (7)
    • ►  June 2023 (3)
    • ►  July 2023 (7)
    • ►  August 2023 (3)
    • ►  September 2023 (7)
    • ►  October 2023 (4)
    • ►  November 2023 (5)
    • ►  December 2023 (4)
  • ►  2024 (29)
    • ►  January 2024 (1)
    • ►  February 2024 (3)
    • ►  March 2024 (8)
    • ►  April 2024 (2)
    • ►  May 2024 (1)
    • ►  June 2024 (5)
    • ►  July 2024 (2)
    • ►  August 2024 (2)
    • ►  September 2024 (3)
    • ►  October 2024 (1)
    • ►  November 2024 (1)
  • ▼  2025 (36)
    • ►  January 2025 (4)
    • ►  February 2025 (3)
    • ►  March 2025 (1)
    • ►  April 2025 (1)
    • ►  May 2025 (2)
    • ►  June 2025 (8)
    • ►  July 2025 (10)
    • ▼  August 2025 (7)
      • Tenang Dulu, Baru Bahagia: Cerita di Balik Mini Se...
      • Rayakan Kemerdekaan, Saatnya Bisnis Layanan Keseha...
      • Layanan Pelanggan yang Nggak Bikin Menunggu Lama? ...
      • Belajar dari SMK Nurul Amaliyah: Stabilitas Intern...
      • Panen Ide Kreatif: Ketika Petani Milenial Go Digit...
      • Dari Warung Kupi ke Era Digital: Inspirasi Cek Rim...
      • Dari Bandung Menjelajah Dunia: Cerita Anggiasari d...

Contact Form

Name

Email *

Message *

Member of

Member of



Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates