Belajar dari Pengalaman, Agar Nggak Menyesal Kemudian

P ertama kali menikah rasanya bahagia banget, semua dilalui berdua mau lagi susah ataupun senang. Yang pasti semuanya dibawa happy . Sak...


Pertama kali menikah rasanya bahagia banget, semua dilalui berdua mau lagi susah ataupun senang. Yang pasti semuanya dibawa happy. Saking kuatnya ikatan rasa yang terjalin antara saya dan suami, setiap apapun soal yang dihadapi dapat kami lewati. Terkadang mengaitkan perasaan dengan keadaan realitas keuangan kami sesungguhnya suatu hal yang paradoks. Tidak seperti yang terlihat dari senyum dan keceriaan kami saat berhadapan dengan orang tua dan mertua. Kami selalu dapat menyembunyikan keadaan kami sesungguhnya.

Namun begitu, realitas yang saya dan suami hadapi juga tak sepenuhnya berat. Sebelum menikah kami berdua sudah bekerja dan menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan kami pribadi masing-masing. Tetapi setelah kami menikah dan mengumpulkan uang bersama, kok kayaknya nggak nambah-nambah meskipun ya kami nggak kekurangan.

Masih di tahun pertama kehidupan pernikahan perjalanan hidup kami masih biasa saja, saya dan suami bisa dibilang terlalu nyantai, apa yang terjadi di depan ya lihat nantilah yang penting sekarang. Kami tetap bekerja dan menjalani kehidupan seperti biasa. Lalu semua berubah ketika salah satu dari kami jatuh sakit. Menjalani perawatan yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Beruntungnya saya dan suami banyak sekali mendapat support dari lingkaran keluarga dan pertemanan yang saling memberi dukungan  disaat kami membutuhkan.

kebersamaan di tahun pertama menikah :)
Yups, itulah mengapa saya bilang kalau saya dan suami terlalu nyantai. Karena sudah merasa nyaman dengan keuangan nggak mikir kalau suatu saat salah satu dari kami bisa sakit. Nggak terpikirkan untuk memproteksi diri. Setelah sembuh dan bisa menjalani aktivitas seperti biasa baru deh kami mulai memikirkan betapa pentingnya proteksi untuk diri sendiri dan keluarga. Memproteksi diri itu penting, karena kejadian apapun diluar dugaan bisa saja terjadi.

Saya dan suami akhirnya menyadari bahwa kehidupan tak selamanya berjalan normal dan tanpa hambatan. Seperti yang saya alami yang namanya sakit dapat menimpa salah satu dari kami dan sama sekali nggak dapat diprediksi. Kalau sudah terjadi baru deh nyesal. Ibarat kata pepatah nyesal kemudian tiada berguna hehe. Begitu dapat musibah baru sadar semua ada hikmahnya. Mungkin diberi teguran biar sadar kalau  hidup nggak selamanya lempeng aja jalannya. Saya suami mulai saling wanti-wanti dengan pengelolaan keuangan terutama membagi-baginya untuk hal-hal penting dan biaya  yang tak terduga alias harus punya dana darurat.

Awalnya terasa sulit mengelola keuangan karena sepertinya harus benar-benar pengiritan, banyak keinginan yang diredam. Padahal sebenarnya setelah rutin mengelola keuangan, keluarnya uang lebih terarah. Uang yang keluar punya arus masing-masing. Setiap bulannya saya selaku ‘Menteri Keuangan’ di rumah tangga mengumpulkan pendapatan saya dan suami dan kemudian membayar semua kewajiban, salah satunya ya untuk biaya kesehatan. Ya, menyisihkan uang tiap bulan untuk biaya kesehatan adalah kewajiban, karena kalau suatu saat terjadi musibah yang nggak diinginkan seperti sakit, siapa yang mau diandalkan? Nggak mungkin mengandalkan orangtua, keluarga ataupun teman, karena setiap orang juga punya kehidupan masing-masing dan punya tanggungan hidup.

Perlahan-lahan saya dan suami sudah terbiasa dengan cara kami me-manage keuangan keluarga. Sekarang kami selalu ingat pelajaran mahal dari peristiwa yang sudah dialami sebelumnya. " Duuh jangan sampai sakit kayak waktu itu deh", saya bilang ke suami. Jeraa..! Pengin hidup sehat biar hidup lebih  nyaman. Solusi lainnya saya dan suami menjaga pola makan. Buah dan sayur itu konsumsi wajib setiap hari, juga susu. Mengingat umur terus nambah , stamina juga mulai  berkurang hehe jadi curhat.

setelah 8 tahun menikah
Tapi memang harus begitu sih, harus disiplin dengan pola hidup sehat. Kalau nggak diniatkan dan dimulai dari diri sendiri kapan lagi ya kan. Soalnya siapa yang bisa meramalkan kejadian apa yang akan menimpa kita di kemudian hari? Nggak ada satu pun yang bisa, termasuk saya. Ibarat meramalkan besok hujan apa enggak, tapi tetap aja harus bawa payung kemana-mana buat berjaga-jaga.

Memang benar-benar banyak pelajaran dan hikmah yang didapat setelah musibah datang. Saya dan suami jadi lebih saling terbuka soal keuangan, termasuk apa  saja dan kemana saja uang dipakai. Kami jadi lebih transparan meskipun uang yang masuk dan keluar cuma satu rupiah. Kami yakin dengan mengelola keuangan yang baik pasti dikasih lebih. Lebih hemat, lebih terarah, lebih tenang.

Sejak menikah proses alamiah membentuk kami menjadi pribadi yang saling menghargai satu sama lain. Jadi sangat sedikit sekali konflik besar yang mampu mempengaruhi hubungan kami berdua. Atas dasar itu kehidupan dalam rumah tangga pun semakin asik dan seru dalam menjalaninya, kayak petualangan. Meski dalam kondisi apapun kami mampu menjalaninya bersama.

#PastiDikasihLebih





You Might Also Like

14 comments

  1. Haha untung nggak dipaparkan 8 perbedaannya sekalian 😁😁

    ReplyDelete
  2. pasangan hot blogger hehehehhehe... dengan profesi yang sama .. kemana mana makin sama sama

    ReplyDelete
  3. Semoga samara always ya mba dan bs tetep istiqomah menabungnya hehe

    ReplyDelete
  4. Gak beda jauh sm sy nh pengalamannya mba Tuty, hatihayu kita mulai hemat :D

    ReplyDelete
  5. Wah iya, selain menyisihkan uang utk asuransi kesehatan, kita juga hrs bs jaga agar selalu hidup sehat ya :)

    ReplyDelete
  6. Huaaaa duo couple idolaque bangettt,,,Semoga bahagia terus dan sehat selalu ya mak dan semangat nabung amel juga pernah ngerasain gimana pedihnya waktu sakit ga ada uang huhu.

    ReplyDelete
  7. Senang melihat pasangan seprofesi saling support satu sama lain. Sehat selalu, mbak Tuty dan mas Ono!

    ReplyDelete
  8. pasangan blogger favorite, mengisi satu sama lain, tapi juga berdampang di masing-masing area.. keeerrrraaan... eh keeerrrreeeennn

    ReplyDelete