Jakarta Food Security Summit
JFSS 2018
Masalah Pangan
Teknologi Pangan
Jakarta Food Security Summit 2018 : Menghadapi Masalah Pangan dengan Sistem Kemitraan
Thursday, March 08, 2018
Peresmian pembukaan Jakarta Food Security Submit 2018 (JFSS) dibuka pagi tadi dan diresmikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. JFSS diadakan setiap dua tahun sekali dan tahun ini merupakan tahun ke-4. Acara yang diadakan selama 2 hari mulai tanggal 8 - 9 Maret 2018 ini mengangkat tema Pemerataan Ekonomi Sektor Pertanian, Peternakan dan Perikanan Melalui Kebijakan dan Kemitraan.
Mendapatkan kesempatan mengikuti jalannya pembukaan Jakarta Food Security Submit menjadi catatan sendiri bagi saya, karena saya jadi tahu permasalahan pangan yang sedang dihadapi di Indonesia dan apa yang menjadi fokus Jakarta Food Security Submit 4 tahun ini. Saat meresmikan pembukaan JFSS 4 Pak Jusuf Kalla mengatakan bahwa masalah pangan bukan hanya dihadapi oleh Indonesia saja tapi juga menjadi masalah dunia. Masalah pangan memang memerlukan perhatian yang besar karena masalah penduduk, urbanisasi, ketersediaan air dan climate chage mempengaruhi produksi pertanian.
Wakil Presiden Jusuf Kalla meresmikan pembukaan Jakarta Food Security Summit |
Dalam menghadapi masalah pangan ada kelompok yang pesimis dan optimis. Yang optimis menghadapi masalah pangan akan memakai science dan teknologi untuk mencari solusi. Banyak tantangan untuk menyelesaikan masalah pangan seperti jumlah penduduk yang terus bertambah berarti kebutuhan pangan juga semakin meningkat, perubahan pola konsumsi, mengecilkan jumlah urbanisasi juga harus dibahas.
Masalah pangan menjadi perhatian yang begitu besar. Karena dengan adanya masalah urbanisasi, perubahan suhu iklim, perubahan pola konsumi menyebabkan tren harga juga naik. Kalau kita ingin menyelesaikan masalah pangan maka kita harus berada di posisi yang otipmis kata Pak Jusuf Kalla. Ada beberapa negara yang berhasil pangannya tanpa memperluas dan menambah lahan, misalnya India. Kita harus bisa mencontoh negara-negara yang berhasil pangannya. Negara kita juga negara kepulauan yang mana masalah infrastruktur juga jadi permasalahan dalam hal logistik. Makanya kalau masih ada yang bertanya-tanya mengapa kita harus impor salah satu permasalahannya adalah logistik.
Pada intinya yang berpraktek memberi kita makan semua di dunia ini adalah petani. Petani tidak mungkin membuat riset, Pemerintah dan pengusahalah yang seharusnya melakukan riset untuk meningkatkan ketahanan pangan. Sistem pertanian nggak bisa memakai cara masa lalu yang sifatnya instruksi. Wakil Presiden Jusuf Kalla juga mengatakan kalau solusi masalah pangan kita adalah teknologi pangan.
Ketua pelaksana Jakarta Food Security Submit Bapak Juan Permata Adoe memaparkan kalau acara ini dibagi dua, yakni seminar dan dialog di Cendrawasih Hall juga pameran dan pemaparan kegiatan di sektor pertanian, peternakan dan perikanan di Assembly Hall. Harapannya pertemuan ini dapat merajut hubungan kerja dengan pemerintah dan seluruh kepentingan kelembagaan yang ada di Indonesia. Benang merah besar yang sudah dibangun semoga bisa terjalin, sehingga pembangunan pertanian semakin membaik dan memberikan dampak positif. Jumlah peserta yang hadir pagi tadi terdaftar 1510 delegasi. JFSS juga memberikan 17 cluster pertanian yang dibentuk dibawah bendera KADIN Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan ekspor.
Jakarta Food Security Summit sejak awal diadakan bertujuan bisa menjadi wadah dimana sektor swasta bersama pemerintah, organisasi masyarakat sipil, badan internasional, kalangan akademik dan tentunya para petani itu sendiri saling bersinergi meningkatkan produktivitas pangan nasional, beriringan dengan meningkatkan kesejahteraan para petani sekaligus praktik pertanian yang semakin efisien dan ramah lingkungan.
Bapak Rosan P Roeslani |
Ketua KADIN Indonesia - Rosan P Roeslani dalam sambutannya mengatakan sektor pertanian adalah sektor yang paling tinggi menyerap tenaga kerja, lebih kurang 31 %. Tapi dalam pertumbuhannya hanya 3-4% pertumbuhan di sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Indonesia adalah negara agraris terbesar di dunia. Lahan pertanian yang cukup luas dengan keanekaragaman hayatinya. Sektor pertanian menjadi ladang yang tepat untuk meningkatkan perdagangan dan ekonomi nasional. Oleh karena itu KADIN melihat bahwa pemberdayaan petani menjadi hal yang sangat krusial. Sekarang sudah ada 24 perusahaan yang ikut serta dalam program kemitraan KADIN, dimana program ini adalah program close system yakni merupakan program tertutup yang terintegrasi yang melibatkan pengusaha, perbankan, asuransi, koperasi, dan juga para petani.
Dengan adanya program kemitraan jadi ada azas manfaat yang tidak hanya pada petani tapi juga pada pemangku kepentingan lainnya. Misalnya di satu sisi perbankan memberikan bunga yang ringan, kemudian asuransi memberikan jaminan pada saat gagal panen, dan masih banyak lagi manfaat lainnya.
Selain itu dukungan pendanaan berkesinambungan dijembatani melalui penerapan inovasi pembiayaan yang membuka akses bagi para petani, peternak, dan nelayan guna mendapatkan pemodalan baik dari perbankan maupun lembaga keuangan non-bank. Upaya ini membutuhkan hadirnya lembaga yang mampu menjalankan peran selaku pendamping dalam pengelolaan produksi dan distribusi hasil pangan, dan pelaksana penyaluran pembiayaan.
Penerapan rantai kemitraan terintegrasi yang menghubungkan petani, koperasi, perusahaan selaku pembeli yang menyerap komoditas pangan sekaligus penjamin pendanaan dan perbankan dapat menjadi salah satu solusinya. Rantai kemitraan ini sebelumnya banyak dipraktikkan pada sektor perkebunan sawit, dimana para pekebun menggarap lahan bersertifikat dan legal yang memungkinkan mereka mengagunkannya untuk menjaring kredit dengan bunga terjangkau.
Ketersediaan pendanaan membantu para pekebun mampu membeli dan menggunakan bibit unggul yang bersertifikat, produktivitas mereka pun menjadi naik terlebih lagi mereka juga mendapatkan pendampingan dalam menjalankan praktis agribisnis terbaik. Koperasi sendiri berperan sentral sebagai lembaga berbadan hukum yang mewadahi pihak-pihak yang melakukan interaksi.
Ketua KADIN juga mengatakan kalau saat ini petani yang mengikuti program kemitraan KADIN mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dibanding petani yang tidak ikut program. Semoga semakin banyak ya pengusaha yang mendukung produktivitas petani agar semua tantangan pangan bisa dihadapi bersama, dan masalah pangan ini bisa kita hadapi dengan optimis.
4 comments
Saya mau seperti pak Jusuf Kalla. Harus optimis! :)
ReplyDeleteBetul mbak, omongan Pak JK kemarin bikin nambah wawasan tentang ketahanan pangan
Deletesemoga kedepannya bisa menggunakan bibit unggul dari petani dalam negeri >,<
ReplyDeleteAmiin semoga ya, makanya Pak JK bilang pengusaha dan pemerintah lah yang melakukan riset
Delete