Membaca Buku Bahagia Bersama Ada Kebahagiaan Yang Tersimpul
Tuesday, October 26, 2021Buku Bahagia Bersama |
Sebuah simpul adalah sebuah mata ikatan pada seutas tali atau juga beberapa tali. Tidak semua tali itu terhubung dan juga tersimpul pada satu ikatan. Sebuah tali bisa menjadi simbol penghubung antara satu titik dengan titik di sisi lainnya. Lalu mereka akan terhubung dengan tanda sebuah simpul ikatan pada tali mereka. Jadi sesuatu yang terhubung belum tentu juga mengikat. Tetapi sesuatu yang terhubung dan terikat sangat menentukan sesuatu akan berdampak lekat dan kuat antara satu dengan lainnya.
Sebuah bisnis pasti juga memiliki nilai-nilai visi dan misi yang diusung dalam menjalankan roda organisasi sebuah perusahaan bisnis. Mau bisnis kecil apalagi bisnis raksasa. Semua lini bisnis akan membawa visi dan misinya masing-masing. Ada bisnis yang dibangun atas dasar mencari keuntungan semata, ada juga bisnis yang mencari keuntungan namun tetap memberikan nilai-nilai kebaikan dalam menjalankan bisnisnya. Berapa banyak perusahaan raksasa yang berhasil meraih pencapaian terbaiknya. Tentu dengan visi dan misi yang diusung oleh kemampuan leadership juga yang mumpuni. Jadi tanpa leadership yang ciamik, maka visi misi yang mulia dalam menjalankan bisnis bakal sulit dicapai. Lalu apa hubungannya dengan nilai kebahagiaan dalam sebuah bisnis? Apakah sebuah passion, yang mendorong bisnis menjadi lebih mendorong kebahagiaan secara komuniti? Atau sebuah nilai yang dijalankan sebagai starting point saat awal-awal sebuah bisnis dijalankan dan terus dijalankan selama sepanjang beroperasinya bisnis tersebut?
“Kita bisa berbeda dalam banyak hal; suku, agama, ras, juga golongan. Tapi kita sama, kita satu, kita saudara dalam kemanusiaan.” -M. Feriadi Soeprapto
Pentingnya nilai kebahagiaan dengan roda bisnis perusahaan yang seiring sejalan adalah sesuatu yang jarang ada pada sebuah perusahaan. Seperti pada JNE sebuah perusahaan jasa logistik raksasa di Indonesia. Memiliki tagline Connecting Happiness bukan saja kewajiban yang diberikan kepada konsumen melainkan juga bagi seluruh karyawan dan pimpinan manajemen perusahaan. Sebab menurut Direktur JNE Mohamad Feriadi sejak awal perusahaan ini berdiri sudah diamanatkan oleh Pak Soeprapto Soeparno sang pendiri bahwa yang paling wajib dilakukan yaitu menyantuni anak yatim dan fakir miskin. Bagaimana mungkin awal-awal berdiri yang belum ada pencapaian keuntungan sudah dipaksakan untuk memberi? Tapi menurutnya inilah yang menjadikan kebijakan perusahaan secara generasi terus menjadi tradisi dan kebiasaan yang sangat berdampak positif bagi roda bisnis JNE. Seperti apakah?
Beliau menceritakannya saat Launching Buku berjudul “Bahagia Bersama” yang ditulis Oleh Kang Maman dan ilustrasi oleh Mice. Bapak Mohamad Feriadi juga mengatakan buku ini juga ditujukan bagi kepentingan internal perusahaan demi menjaga kebiasaan baik yang harus dijalankan oleh perusahaan dalam kondisi apapun. Sebab nilai kebaikan itulah yang menjaga JNE terus beroperasi hingga sampai detik ini.
Review Buku Bahagia Bersama
Kang Maman yang menyusun dan menulis buku ini mengaku sangat berterima kasih atas kesempatan yang diberikan JNE terlebih privilege untuk semua isi buku ini yang diserahkan sepenuhnya kepadanya. “Terserah Kang Maman aja isinya bagaimana.” Begitulah sebuah amanah diberikan kepada Kang Maman pada beberapa kali undangan makan siang bersama tim JNE dan Dirut JNE Mohamad Feriadi.
Beragam cerita kebaikan berdasar kisah di zaman digitalisasi dan maraknya konten berseliweran tentunya juga merupakan kekayaan tersendiri yang bisa disodorkan dalam buku ini. Betapa kebahagiaan mendengar teriakan pakeeet di depan rumah adalah keceriaan yang ditunggu-tunggu. Itulah yang menjadi dasar tagline connecting happiness disematkan dibawah bendera JNE.
Bahagia butuh perjuangan |
Dalam buku ini juga diceritakan bagaimana perusahaan memberikan bantuan sembako bagi karyawannya sendiri yang telah mengikat loyalitas karyawan tanpa perintah keras, meski juga punishment tetap diberlakukan bagi suatu layanan yang buruk jika dilakukan oleh karyawan. Pun juga berlaku pada layanan bantuan logistik bagi penggalangan dana untuk bencana dan aksi berbagi lainnya. Sebuah perbuatan yang memiliki nilai kebaikan dari berbagi. Bagaimana mungkin dan bagaimana caranya bahwa berbagi tidak mengurangi sedikitpun bahkan malah bertambah. Apakah ini teori ekonomi yang sakti? Sulit dijawab melainkan dapat dirasakan langsung aliran kebahagiaan yang dilakukan dalam setiap kebaikan yang dilakukan.
Kang Maman menuliskan beberapa kisah yang setiap cerita itu memiliki nilai kebaikan sendiri. Dengan membaginya menjadi 4 bagian yaitu Prakata, Berbagi Tidak Mengurangi, Tiga Serangkai dan Cerita Juara. Seperti dalam buku lainya selalu ada pembuka dan beberapa respon sahabat yang memberikan testimoni pertama. Mungkin prakata tak akan membuatmu mendapat insight diawal membacanya, tapi sudah sangat mendorong keras untuk membuka lembar-lembar halaman berikutnya.
Rezeki Itu
Masuk pada chapter Berbagi Tidak Mengurangi saya serasa diajak berhitung matematika. Bahwa nilai kebaikan yang dibagikan seperti kisah dua anak di kota Padang yang viral memberikan sepuluh kue jualannya kepada seorang kakek dengan gembira tanpa sedikitpun kesedihan. Lalu kemudian ada yang merekamnya kemudian viral di media sosial dan menggerakan netizen untuk memberikan donasi hingga terkumpul 60 juta lebih untuk kedua anak tersebut. Matematika seperti apa ini? Sesuatu yang dikeluarkan tanpa perhitungan penjualan akan merugi malah menjadi berkali-kali lipat untuk mencukupi biaya hidup kedua anak tersebut bahkan lebih dari cukup.
Hitungan matematika bagaimana lagi yang membenarkan bahwa pemberian yang diberikan kepada orang yang membutuhkan mengalirkan perasaan bahagia yang terus menerus bagi keduanya. Bagaimana kebahagian itu datang dari paket yang sering datang tanpa nama bahkan nama tersebut tidak dikenalnya. Komeng yang “uhuyy” itu ternyata memiliki kebiasaan yang membuat Kang Maman tak mampu melupakan dan menjadi sebuah tulisan panjang bagi sesiapa yang merasakan kebaikan tersebut. Sebuah rasa yang mungkin tak pernah dirasakan siapapun yang bersahabat dan bekerja bersama dan mendapat kejutan kebaikan. Sebab kebaikan dari seorang komedian Komeng ini tanpa pemberitahuan sama sekali terlebih dahulu, seperti kawannya yang dibelikan tiket dan akomodasi hotel lengkap dengan biaya segala keperluan selama berlibur. Komeng katakan bahwa itu merupakan pekerjaan yang harus dilakukan. Namun ternyata Komeng tak ikut berlibur, dengan santai ia berkata kepada temannya “elu perlu berlibur.”
Kebahagiaan bisa datang kapan saja, bahkan dapat kiriman paket dari seseorang tanpa nama |
Ada satu bagian dalam berbagi tak mengurangi yang sangat tak bisa hilang dalam ingatan saya, bahwa sejak tiga dekade lalu JNE sudah memberikan kebaikan bagi anak yatim dan tunanetra melalui Yayasan Taman Yatim Piatu dan Tuna Netra Soeprapto Suparno (Yatuna). Dan tidak sedikit dari karyawan JNE yang sudah memiliki keterikatan dengan JNE, kecil mereka disekolahkan, besar bekerja di JNE. Jika masih mau dihitung lagi matematika yang bekerja menghitung jumlah karyawan JNE yang saat itu dimulai hanya dengan 8 karyawan pada tahun 1990 hingga kini memiliki 40.000 karyawan. Pertanyan dan hitungan yang perlu direnungkan bukan pada ketepatan angkanya saja. Tetapi seberapa besar sebuah pemberian yang dibagikan tanpa nilai hitung sebelumnya juga memberikan dampak yang berlipat-lipat diluar hitungan nalar.
Mimpi JNE
Saya dibuat kagum pada tulisan yang berisikan bagaimana JNE mengintrospeksi diri ketika diterpa cobaan. Pak Feri begitu panggilan dari Dirut JNE, mengatakan saat diterpa cobaan kita tak perlu repot-repot mencari kambing hitam tapi justru introspeksi diri. Bisa jadi karena perbuatan baik kita masih kurang banyak. Kalau perbuatan baik kita sudah banyak, masif, konsisten, maka orang-orang pasti akan baik kepada kita.
Berbagi, Memberi, Menyantuni |
Merangkul dan membantu pemerintah dan UMKM tidak cuma dalam urusan jasa pengiriman. Terus memberi, berbagi, menyantuni anak yatim, orang terlantar, dan fakir miskin merupakan mimpi besar JNE yang selalu ingin masyarakat harus semakin merasakan kehadiran JNE. Ini sesuai dengan tagline HUT JNE yang akan jatuh pada tanggal 26 November 2021 yakni Berbagi, Memberi, Menyantuni.
Membaca buku Bahagia Bersama yang ditulis oleh Kang Maman menjadi refleksi diri apa yang sudah saya lakukan untuk sesama? Sudahkah saya memberi dengan ikhlas? Karena sesungguhnya bahagia itu adi di hati setiap orang yang bersyukur.
0 comments