Health Is Everything

K esehatan adalah aset, tubuh sehat adalah investasi. Harga sebuah kesehatan menjadi begitu mahal ketika kita yang biasa produktif dan su...

Kesehatan adalah aset, tubuh sehat adalah investasi. Harga sebuah kesehatan menjadi begitu mahal ketika kita yang biasa produktif dan suatu waktu harus tebaring di rumah sakit. Kampanye yang sering digaungkan untuk hidup sehat tidak ada artinya jika tidak dimulai dengan adanya kesadaran dari diri sendiri. Memang, seharusnya gaya hidup sehat menjadi bagian dari keseharian kita. Seperti pola makan yang sehat, olah raga teratur, istirahat yang berkualitas. Selain itu dalam tubuh yang sehat harus terdapat jiwa yang sehat pula, untuk itu kita harus memiliki pola pikir positif. Kalau kita sudah menjalani gaya hidup sehat, itu berarti kita punya niat untuk berinvestasi dalam kesehatan diri sendiri.

Informasi mengenai kesehatan bisa kita dapatkan dari berbagai sumber resmi, baik itu lewat majalah, media sosial maupun melalui website kesehatan. Selain membaca dan mencari informasi mengenai kesehatan hal penting lain yang mesti kita lakukan adalah rutin mengecek kesehatan, agar kita tahu bagaimana sebenarnya kondisi kesehatan tubuh kita, ini sebagai salah satu upaya pencegahan terhadap penyakit yang menyerang pada tubuh. Seandainya setelah dilakukan pengecekan dan ternyata terdapat kelainan pada tubuh, tentunya bisa ditangani dengan segera. Meskipun ada juga sebagian dari kita berpendapat dengan melakukan cek kesehatan dianggap mencari-cari penyakit. Pola pikir seperti ini yang seharusnya kita rubah. Karena mencegah itu lebih baik dari pada mengobati.

Begitu banyak kejadian yang tidak diinginkan didunia dan ternyata sebanyak itu pulalah cara pencegahan, semua tergantung kita, mau perduli atau tidak. Saya jadi ingin berbagi mengenai penyakit yang diderita uwak (sebutan untuk abang dari ibu) saya. Penyakit yang awalnya hanya bentolan kecil seperti habis digigit nyamuk, karena dianggap biasa jadi dibiarkan saja. Lama kelamaan muncul bercak merah kecil dan ini juga masih dianggap biasa karena tidak mempengaruhi aktivitas dan tidak menyakitkan. Karena sudah hampir sebulan bercak ini tidak berkurang dan malah bertambah uwak memutuskan untuk berobat ke puskesmas. Dokter di puskesmas tempat uwak tinggal di Tanjung Pura, Sumatera Utara hanya mengatakan ini karena pengaruh cuaca dan penyakit kulit biasa. Dan obat yang diberi juga obat oles untuk kulit dan obat untuk diminum yaitu antibiotik dan anti gatal. Uwak jadi tenang karena dokter mengatakan tidak perlu khawatir, ikuti saja petunjuk dokter dengan teratur minum obat dan teratur mengoleskan salap sesuai petunjuk pemakaian. Uwak hanya manut saja, tanpa bertanya lebih jauh mengenai penyebab penyakit, makanan apa saja yang tidak boleh dikonsumsi, dan apa saja kegunaan obat yang sudah diberikan dokter. Saya sangat faham, uwak tipe orang yang tidak banyak omong, apalagi waktu itu uwak belum berumah tangga, jadi nggak terlalu ambil pusing dengan sakitnya.

Bukannya kesembuhan yang didapat, justru reaksi yang tidak diduga pada kulit uwak setelah mengonsumsi obat semakin parah. Bercak-bercak merah dikulit uwak semakin melebar dan seperti melepuh. Kulit terasa panas, dan uwak mulai merasakan sakit pada seluruh tubuhnya. Kemudian uwak kembali ke puskesmas dimana dokter pernah memberi resep. Uwak menanyakan mengapa setelah meminum obat dan mengoleskan salap, justru kulit uwak bertambah parah. Akhirnya dokter mereferensikan uwak ke rumah sakit di Medan. Di rumah sakit ini uwak ditangani oleh dokter spesialis. Dokter melakukan beberapa pemeriksaan dan tes darah, lagi-lagi dokter mengatakan ini tidak berbahaya. Penyakit uwak semakin parah dan tak kunjung sembuh setelah dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lain. Kulit uwak menjadi belang berwarna coklat keputihan, rambut halus di seluruh badan habis, pori-pori dikulit tidak kelihatan, mata membengkak, dahi juga bengkak seperti berisi cairan. Saya hampir tidak sanggup melihat keadaan uwak saat itu. Uwak juga di vonis kanker kulit oleh dokter yang terakhir kali ditemui. Tapi memang uwak saya ini orangnya tenang dan nggak gampang stres, mungkin ini juga yang membuat uwak bertahan saat itu.

Penyakit yang diderita uwak tidak serta merta membuat keluarga menyerah meskipun dokter memvonis ini kanker kulit. Saat saya bertemu seorang profesor di Tangerang untuk melakukan konsultasi kesehatan, saya menanyakan perihal penyakit uwak saya dengan membawa hasil lab dan surat keterangan dokter yang menyatakan ini kanker kulit, saya juga menunjukkan foto uwak. Ternyata menurut si profesor ini adalah penyakit dermatomikosis angioneurotic. Penyakit ini awalnya disebabkan allergen sejenis alergi yang tidak bisa dideteksi. Memang gejala ini biasanya dijumpai pada orang dewasa ditandai dengan flu dan batuk. Penyakit ini menyerang kulit bawah seperti leher, telinga, hidung. Kulit bibir juga mengalami pengelupasan, kulit seluruh tubuh juga sama, terkelupas. Ini termasuk penyakit langka yang obatnya juga belum diketahui jenis formulanya. 
Pemberian obat yang tidak tepat seperti antibiotik dosis tinggi justru yang membuat kulit uwak melepuh. Profesor yang saya temui menyarankan agar uwak sering berjemur dibawah sinar matahari dan memberi beberapa obat yang saya lupa namanya. Seminggu setelah uwak mengonsumsi obat dari profesor ini alhamdulillah tampak perubahan, bagian mata mulai kempes dan lendir-lendir yang terkumpul di hidung dan leher mulai keluar. Tapi karena jarak yang jauh antara Medan dan Tangerang, uwak nggak rutin mengonsumsi obat dan memang Tuhan berkehendak lain, uwak harus pergi untuk selamanya.


Kesimpulan yang bisa saya ambil dari penyakit yang diderita uwak adalah jangan pernah menyepelekan gejala-gejala seperti flu, batuk ataupu gatal di kulit. Karena flu dan batuk yang kita alami belum tentu itu flu biasa atau batuk biasa, bisa jadi itu allergen. Pencegahan itu besar nilainya dibanding membiarkan. Pencegahan harus diperjuangkan bukan didapatkan. Sejak dini harus membangun pertahanan tubuh. Selain gaya hidup sehat dan mengelola stres, dengan banyaknya jenis penyakit yang sukar dideteksi, konsultasi juga ke dokter mengenai pertahanan tubuh bila perlu lakukan vaksinasi demi pencegahan dan demi masa depan.



info lengkap mengenai vaksin klik gambar ini

You Might Also Like

20 comments

  1. Keren euy postingannya. memang betul The First Wealth is Health. Without health everything is absolutely nothing. Mudah-mudahan jadi postingan pilihan Juri, ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih bunda sayang sudah mampir..sehat itu memang investasi ya bunda

      Delete
  2. hmm, jadi lebih aware dan jaga kesehatan ya mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul jeng windah..terkadang kita suka menganggap sepele penyakit dan suka menunda utk berobat.

      Delete
  3. The First Wealth is Health, setuju banget maaaak. Kalo banyak uang tapi sakit-sakitan apa enaknya cobaa :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mak adriana, nggak bisa menikmati hidup ya mak :-)

      Delete
  4. Duh naudzubillah min dzaliik..ngeri lihat penyakit uwakmu. Innalillahi wa innailaihi rajiun. Ikut duka cita atas kematian beliau.
    Mencegah memang lebih baik daripada mengobati ya

    ReplyDelete
  5. mencegah memang lebih baik daripada mengobati yaa. Lebih mahal biaya mengobati

    ReplyDelete
  6. Quote Mahatma Gandhi bener bangeeett
    salam sehat

    ReplyDelete
  7. Innalilahi ya mba :'(
    kesehatan memang lebih penting dari apapun...

    ReplyDelete
  8. innalillahi, turut berduka cita ya mbk
    iya, kesehatan memang nomor satu, hrs dijaga baek2 pokoknya ya mbk

    ReplyDelete
  9. Sebuah catatan yang kemudian menekankan pentingnya sebuah kegiatan bernama imunisasi dalam bentuk vaksinasi.

    Semoga makin diberi kesadaran untuk para orangtua agar melakukan imunisasi pada anak-anaknya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga kita semua lebih aware, terima kasih mas Fahmi

      Delete
  10. jadi pengingat untuk kita semua ya mbak, harus waspada dengan gejala awal

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener mbak Lidya, nggak boleh menganggap remeh penyakit yg dianggap biasa

      Delete

Canva Magic Write