Berbeda Bukan Berarti Kurang
Thursday, December 01, 2022Berbeda Bukan Berarti Kurang. Sumber Foto: Canva |
Melihat peristiwa di sekitar kita selalu saja ada masalah ketimpangan yang terjadi. Persoalan demi persoalan mengiringi pergaulan hidup kita bersama. Namun di setiap peristiwa juga memunculkan sosok yang menjadi arus utama perlawanan. Meski hanya dengan langkah kecil dan sangat sederhana.
Masih ingat ketika di setiap lini masa sosial media dan interaksi keseharian kita kata anak autis menjadi sebuah kata yang bertendensi menghina seseorang yang menunjukan sikap antisosial. Sebagai bahan tertawaan dan canda yang begitu ringan terucap dari percakapan. Saat itulah Alvinia Christiany menceritakan bahwa ini merupakan problem yang harus diselesaikan untuk mewujudkan cita-cita dari usahanya bersama teman-teman dalam menjadi bagian support sistem terhadap anak dengan autisme.
Data Centers for Disease Control and Prevention (CDC, 2018) menyebutkan bahwa prevalensi kejadian penderita autism meningkat dari 1 per 150 populasi pada tahun 2000 menjadi sebesar 1 per 59 pada tahun 2014. Berdasarkan data prevalensi tersebut, Indonesia yang memiliki jumlah penduduk sebesar 237,5 juta dengan laju pertumbuhan penduduk 1,14% diperkirakan memiliki angka penderita ASD sebanyak 4 juta orang.
Alvinia Christiany, Co Founder Teman Autis (Sumber Foto: Website Teman Autis) |
Alvinia memang bukan seorang ahli atau profesional tentang autisme. Alvinia hanyalah seorang biasa, sama halnya dengan yang lain. Namun sedikit memiliki perhatian kepada autisme. Keluarga dengan autisme sesungguhnya merupakan problem yang rumit dalam keluarga itu sendiri. Seorang ibu dengan anak autis pasti memiliki problem berat dalam kesehariannya dan patut menjadi perhatian bersama untuk mendapat dukungan yang mendorong keadaannya agar lebih mampu menghadapi dan menangani anak autisme dengan lebih tepat dan layak.
Pernyataan-pernyataan verbal yang menyebutkan kata anak autis sebagai sebuah gurauan membuat perhatian terhadap autis menjadi terkesan begitu buruk. Padahal kenyataannya tak perlu lagi ada kata anak autis menjadi sebuah gurauan. Karena bagi ibu dengan anak autis jika mendengar kata seperti itu tentu akan menambah dampak beban mental yang bahkan setiap harinya sudah menjadi sesuatu yang bukan sepele.
Light it Up menjadi event yang membentuk perlawanan melalui campaign dalam format Fun Walk di area Car Free Day Sudirman pada 30 Juli 2017. Sambil berolahraga Light it Up menyuarakan keresahan atas bentuk pernyataan verbal kata anak autis yang ramai menjadi bahan canda dalam pergaulan. Kegiatan Light it Up sendiri berjalan selama dua kali, event kedua Light it Up Gathering diadakan tanggal 10 Maret 2018 di Jakarta Selatan hingga akhirnya berubah menjadi Teman Autis. Dalam event Light it Up inilah Teman Autis berhasil mencuri perhatian dengan melawan dan menolak kata anak autis menjadi sebuah lelucon.
Setelah menjadi Teman Autis, berbagai bentuk dukungan juga banyak berdatangan dan menjadi bentuk organisasi yang berfokus pada masalah Autisme. Hingga saat ini melalui akun instagram Teman Autis rajin memberikan konten edukasi tentang autisme. Bahkan juga melalui grup whatsapp yang didalamnya ada orang tua dengan anak autis juga autis dewasa. Melalui grup whatsapp inilah para orangtua dan anak autis mendapat informasi dan edukasi dan saling berbagi. Melalui website https://www.temanautis.com yang juga menjadi platform untuk memberikan edukasi serta literasi autisme yang sangat berguna bagi keluarga dan orang di sekitar anak autis. Dengan berbagai media digital, Teman Autis berusaha memberikan dan berjejaring menjadi bagian support sistem kepada anak autis.
Website Teman Autis |
Alvinia Christiany, Co Founder Teman Autis pemenang Satu Indonesia Awards 2022 kategori kelompok asal DKI Jakarta dalam wawancara online menjelaskan Teman Autis memiliki visi menjadi jembatan penyalur informasi terintegrasi yang terpercaya terkait autisme sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat mengenai autisme. Tujuannya memberikan edukasi kepada masyarakat Indonesia. Media yang disediakan online agar informasinya merata nggak terbatas di kota saja. Spesifiknya untuk orang tua yang punya anak autisme atau gejala-gejala autisme bisa memberikan penanganan terbaik dan mendapatkan edukasi sebagaimana anak-anak lainnya. Problem besar saat ini adalah kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia tentang autisme itu sendiri bahkan masih ada orangtua yang tidak tahu kalau anaknya autis. Ini menjadi miris karena jika orang tua tidak mengetahui masalah anak autis maka orang tua juga nggak tahu bagaimana solusinya.
Harapan Alvinia dengan hadirnya Teman Autis, awareness tentang autisme semakin meningkat dan masyarakat jadi lebih menerima teman-teman autisme sehingga mereka bisa merasa nyaman di lingkungan sekitar, hidupnya bisa bahagia sejahtera sehingga keluarganya juga bisa sejahtera. Tak ada lagi komentar-komentar negatif mengenai autis karena hanya akan menambah beban pikiran orang tua yang memiliki anak autis. Yuk, kita jadikan Indonesia ramah autisme. Berbeda bukan berarti kurang.
0 comments