Ini Tentang Kita Dimana Setiap Kisah Menjadi Begitu Berharga

#IniTentangKita  I ni tentang kita , tentang dimana setiap kisah menjadi begitu berharga. Dari setiap insan yang menceritakan dirinya sebaga...

Ini Tentang Kita
#IniTentangKita 

Ini tentang kita, tentang dimana setiap kisah menjadi begitu berharga. Dari setiap insan yang menceritakan dirinya sebagai cermin bagi kehidupan yang dijalani oleh orang disekitarnya. Begitu indah untaian kata yang menjelaskan hubungan antar sesama. Dan inilah kisah saya. 

Memilih menjalani profesi apapun yang saya lakukan adalah sebuah tuntutan untuk bisa meraih rezeki. Iya memang benar bahwa rezeki telah ditetapkan untuk setiap jiwa yang bernafas. Namun setiap diri juga diwajibkan menjemputnya juga. Tidak serta merta datang begitu saja. Seperti halnya burung yang keluar terbang dari sarangnya. Lalu kemudian kembali dengan sesuatu yang dibawanya kedalam sarang. Mungkin burung itu tak pernah berpikir bahwa ia akan kembali dengan membawa sesuatu. Tetapi yang dilakukannya adalah sebuah petunjuk bagi manusia. Bahwa kita tidak boleh takut tidak mendapat rezeki. Sebab seekor burung kecilpun walau tak berakal ia selalu mendapat rezekinya. 

Sejak lepas sekolah SMP saya sudah ditakdirkan keluar dan tinggal jauh dari orang tua. Sambil menjalani sekolah umum tingkat atas di kota Medan saya sudah tinggal sendiri menjadi anak kost. Saya menyadari sepenuhnya arti tinggal jauh dari orang tua. Meski setiap bulan Ayah masih mengirim uang untuk kebutuhan saya, namun saya tak selalu mengandalkan uang untuk biaya sekolah dan tinggal di kost dari uang itu semua. Saya selalu berpikir mendapat uang tambahan yang bisa mengurangi beban orang tua. Sambil sekolah saya selalu rajin membuat sesuatu yang bisa saya jual kepada teman-teman. Sekolah saya adalah sekolah favorit di kota Medan. Tempat dimana banyak anak-anak yang memiliki kehidupan lebih beruntung. Dan disitulah saya mendapat teman-teman yang selalu mendukung, meski saya tinggal di kosan namun teman-teman sekolah tak pernah membeda-bedakan. 

Alhamdulillah penuh syukur, saya dikelilingi teman-teman yang baik. Bahkan sebagai seorang perempuan saya merasa terlindungi oleh teman-teman saat itu. Berlanjut hingga kuliah saya mulai terbiasa hidup mandiri. Sendiri tanpa orangtua, sambil kuliah saya juga sambil mencari rejeki tambahan. Dulu belum punya komputer sendiri, saya sering ke warnet untuk mengerjakan tugas kuliah dan join di grup milis daring seperti Femina. Dari sana saya kerap menerima pesanan Bolu Meranti dan Bika Ambon yang saya kirim dari Medan untuk di kirim ke berbagai daerah walau untungnya nggak seberapa namun cukup untuk menambah uang jajan. Saat saya sudah mulai bekerja di perusahaan travel dan adik saya yang baru saja memulai kuliahnya ikut bersama saya di kos-kostan saya semakin semangat mencari uang dengan harapan bisa bantu uang kuliah adik dan bisa membelikan makanan enak untuknya. 

Pekerjaan menjadi front office saat itu pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi. Dahulu bekerja di kantor travel rasanya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Bersyukurnya lagi saya juga sudah mulai bisa mengirim sebagian gaji saya untuk orang tua. Senang rasanya menjadi orang yang bisa diandalkan di keluarga. Apalagi kalau mengingat saat saya bekerja, adik saya sedang sakit parah. Saya mulai mencari tambahan lagi untuk biaya berobat adik. Beban itu mulai terasa berat, tak mudah menjadi tulang punggung keluarga. Apalagi saat itu saya belum menikah. Namun saya berusaha sekuat yang saya bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga. 

Menjadi anak perempuan yang diandalkan belumlah cukup untuk menjadi anak yang dibanggakan. Terkadang sering muncul rasa iri dengan abang dan adik-adik yang lain. Namun sampai hari ini,  keadaan orangtua yang mulai sakit-sakitan memberikan hikmah kepada saya dimana saya mulai memahami apa yang ada di benak orang tua saya saat itu bahwa tak mudah menjadi orangtua dengan tanggung jawab memelihara 5 orang anak. Apalagi memiliki pengalaman batin yang cukup berat, sehingga terasa bahwa orang tua kita tak sempurna seperti apa yang kita harapkan. Namun begitu yang harus saya pahami bahwa surga ada di kakinya. Selalu ingat pesan guru saya, bahwa "ibumu adalah keramat mu" . Pedoman inilah yang menguatkan saya untuk bisa membersamai orangtua saya saat ini. 

Begitulah akhirnya setiap perjalanan hidup manusia tak akan pernah tahu akan kemana. Yang pasti sikap peduli dan menguatkan antara yang satu dengan yang lain sangatlah penting untuk kita tanamkan dalam diri kita masing-masing. 

Ini tentang kita. Tentang dimana setiap kisah menjadi begitu berharga. Tentang makna hidup apa yang bisa kita ambil dalam menjalani hidup itu sendiri. Semoga kita semua bisa menjadi lebih peka dengan kehidupan saudara-saudara kita yang kurang beruntung dari segala sisi. Tak pernah terbayangkan bagaimana orang tua yang tak mendapatkan perawatan penuh dari anak. Tapi saya yakin masih banyak dermawan yang peduli dengan nasib orang-orang yang memerlukan bantuan di luar sana. 

Berkah rezeki yang kita dapatkan semoga berkah juga buat keluarga dan orang lain yang membutuhkan. Masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita dan semua ini bisa meringankan beban mereka melalui sedekah yang kita berikan. Jika tak bisa langsung menyampaikan sedekah kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkan, kita bisa salurkan bantuan melalui Dompet Dhuafa. #IniTentangKita. 








You Might Also Like

0 comments

Canva Magic Write