Tidak Selamanya Kusta dan Disabilitas Identik dengan Kemiskinan

Kusta dan disabilitas tak selalu identik dengan kemiskinan P ernah melihat penderita kusta trus kalian menjauh khawatir tertular? Zaman dulu...

Kusta
Kusta dan disabilitas tak selalu identik dengan kemiskinan

Pernah melihat penderita kusta trus kalian menjauh khawatir tertular? Zaman dulu mungkin kekhawatiran seperti itu masih bisa dimaklumi ya. Tapi saat ini kita jangan terlalu berlebihan juga dengan kekhawatiran akan tertular kusta. Karena kusta tidak akan menular selama penderitanya sudah diobati. Angka penderita kusta di Indonesia masih menjadi peringkat tiga tertinggi di dunia setelah India dan Brazil yakni sekitar 16.000 - 18.000 orang. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan 24 Januari 2022 angka kasus kusta 13.487 kasus dengan penemuan kasus baru 7146. Tahun 2021 ada 6 provinsi dan 101 kabupaten kota yang belum mencapai eliminasi kusta. Ini karena adanya ketidaktahuan masyarakat, masih ada masyarakat yang tidak tau bagaimana gejala kusta dan literasi masyarakat juga masih rendah. Ini menyebabkan kasus disabilitas kusta jadi tinggi. 

Rabu, 28 September 2022 KBR (Kantor Berita Radio) bersama dengan NLR melalui live streaming di YouTube mengadakan talkshow dengan tema “Kusta dan Disabilitas Identik dengan Kemiskinan, Benarkah?”. Live streaming ini menghadirkan narasumber Sunarman Sukamto, Amd Tenaga Ahli Kedeputian V Kantor Staff Presiden (KSP) dan Dwi Rahayuningsih, Perencana Ahli Muda, Direktorat Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian PPN/Bappenas dengan di moderatori oleh Debora Tanya, Host KBR.

Debora Tanya, Host KBR

Menurut Sunarman Sukamto upaya pemerintah menanggapi kasus kusta masih dominan dalam upaya kesehatan. Kusta bukan hanya isu kesehatan tapi juga identik dengan kemiskinan, dan kemiskinan juga multi dimensi ada unsur ekonomi, sosial, lingkungan, dan sebagainya. Kasus kusta harus kita atasi dengan saling bekerjasama lintas sektor, termasuk OYPMK (Orang Yang Pernah Menderita Kusta) bisa menjadi agen perubahan untuk mempengaruhi atau membantu memberi literasi kepada penderita kusta agar tidak terpenjara dan membangun sekat yang tinggi karena tidak percaya diri yang akan menjadikan sekat semakin tinggi. Bukan hanya eliminasi tapi juga eradikasi. Ketika orang kena kusta karena pemahaman kusta yang belum baik dan benar orang-orang kusta dijauhkan dari pemukiman. Dan ini yang harus kita perbaiki, pemerintah dan masyarakat memberdayakan teman-teman kusta dan disabilitas diberi pengetahuan agar tidak lagi minder, kesehatan diperhatikan, dan berkarya juga berdaya. Untuk itu aspek ekonomi dan sosial diperhatikan.

Sunarman Sukamto

Disabilitas kusta belum banyak data spesifik. Menurut Dwi Rahayuningsih sesuai Undang-Undang (UU) No. 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas, pemerintah ketika melakukan pendataan sesuai UU kategorinya masuk kedalam disabilitas fisik. Secara nasional tingkat kemiskinan 10,14% dan disabilitas 15,6% masih relatif tinggi dibanding yang bukan disabilitas. Akses penyandang disabilitas terbatas dan ini yang menjadikan kemiskinan. Program yang sudah dilakukan orang dengan disabilitas dan OYPMK yaitu:

1. Bantuan sembako, untuk penyalurannya ditujukan untuk penyandang disabilitas yang masuk kategori miskin, harus masuk dalam database dari kemensos

2. Bantu penyaluran alat bantu

3. Program kemandirian usaha untuk mereka yang mendapat diskriminasi dari lingkungan


Kemensos bersama Dinas Soisal di beberapa Pemerintah Daerah menyelenggarakan shelter eks kusta atau penyediaan tempat bagi mereka yang pernah mengalami kusta diantaranya di Jatim Dusun Sumberglagah, Desa Banyumanis Jateng, Kompleks penderita kusta Jongaya di Makasar. Kedepannya menurut Dwi Rahayuningsih banyak program dan kebijakan yang mudah-mudahan bisa terealisasi.



Tolak ukur yang ideal bagi disabilitas dan OYPMK bagaimana mereka bisa memenuhi kebutuhan dasar, tapi karena penyandang disabilitas kebutuhannya berbeda. Penyandang disabilitas memiliki kemerdekaan agar bisa tetap berinteraksi dengan masyarakat. Taraf hidup minimal makan, kesehatan, dsb memiliki akses bersosialisasi. 


Jadi kusta identik dengan kemiskinan bisa iya bisa juga tidak. Mereka bisa berkreasi dan berkarya untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Tentunya ini perlu adanya bantuan pemerintah setempat agar mereka bisa hidup layak dan diberi kesempatan untuk berkreasi agar tak selamanya identik dengan kemiskinan. Karena penderi kusta ada juga yang memiliki potensi jadi jangan ada diskriminasi.







You Might Also Like

0 comments