Sejarah Gedung Pancasila Sampai Peran Indonesia di Dewan Keamanan PBB

J umat, 29 November 2019 saya bersama teman-teman influencer sowan ke Gedung Pancasila yang beralamat di Jalan Pejambon, Jakarta Pusat...


Jumat, 29 November 2019 saya bersama teman-teman influencer sowan ke Gedung Pancasila yang beralamat di Jalan Pejambon, Jakarta Pusat. Di gedung ini saya juga teman-teman diajak berkeliling ke ruang-ruang yang ada di Gedung Pancasila. Saya sempat penasaran kenapa namanya Gedung Pancasila. Rasa penasaran saya terjawab, sekaligus mengembalikan kembali ingatan saya akan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. 

Sejarah Gedung Pancasila

Ok saya membahas sejarah pemberian nama Gedung Pancasila terlebih dahulu. Sebelum diberi nama Gedung Pancasila, gedung ini dibangun tahun 1830, awalnya adalah rumah seorang Panglima Angkatan Perang Kerajaan Belanda di Hindia Belanda Hertog Bernhard yang juga merangkap sebagai Letnan Gubernur Jenderal. Tahun 1916 karena Departemen Urusan Peperangan Hindia Belanda dipindahkan ke Bandung yang diikuti juga dengan kepindahan Panglima ke kota tersebut, gedung ini pun ditetapkan menjadi gedung Volksraad atau Dewan Rakyat. Dewan Rakyat sendiri pada saat itu memiliki otoritas terbatas, tapi memberikan masukan-masukan kepada pemerintah militer Belanda. Volksraad saat itu isinya orang Belanda, Indonesia, Tionghoa dan Arab. 


Tahun 1941 Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Jepang pun menjadikan gedung ini menjadi Tyuuoo Sangi-In, sebenarnya Dewan Rakyat juga tapi ini bentukan Jepang. Tahun 1943 Jepang mulai terdesak karena Perang Pasifik dan tahun 1945 Jepang mulai kalah, dan disaat inilah Jepang mengambil hati rakyat Indonesia dengan menjanjikan kemerdekaan. Dan salah satu upaya ya adalah dengan membentuk BPUPKI (Badan Penyelidikan Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Ketua BPUPKI saat itu Radjiman Wedyodiningrat pada suatu sidang bertanya kepada anggota sidang. "Apa dasar negara Indonesia".

Pada sidang 1 Juni 1945 Soekarno yang saat itu menjadi anggota sidang maju ke podium dan membacakan 5 sila sebagai usulan dasar negara Indonesia. 5 sila inilah yang kemudian didiskusikan dan dimasukkan kedalam piagam Jakarta kemudian menjadi Pancasila yang kita ketahui sampai sekarang. Dan pada 1 Juni 1945 Pancasila lahir di gedung ini. Dan karena peristiwa itulah kenapa diberi nama Gedung Pancasila.


Tour Gedung Pancasila

Menginjakkan kaki di Gedung Pancasila sebenarnya kayak mimpi. Flashback lagi bagaimana saya anak Sumatera yang cuma bisa menonton bangunan-bangunan bersejarah di kota besar hanya lewat televisi. Membayangkan berada di gedung bersejarah seperti Gedung Pancasila saja saya nggak berani dan mustahil menurut saya. Bagaimana tidak, gedung yang sekarang menjadi tempat orang-orang penting dari seluruh penjuru dunia berkunjung saya kunjungi juga. What a surprise! Ini bukan lebay tapi ekspresi dari hati, hehe! Satu lagi, rasa patriotisme saya muncul dan saya bangga jadi orang Indonesia.

Well, tour Gedung Pancasila kemarin dimulai dari:


Lobby dan meja registrasi. Biasa digunakan untuk menerima tamu pada event-event atau resepsi yang diadakan Kemenlu. Disini juga tamu-tamu negara mengisi buku tamu sebelum mereka memasuki ruang rapat. 


Ruang Tete-a-Tete. Ruangan ini ruangan private, karena menyatu dengan ruangan Menlu. Dulu sebagai ruangan untuk bicara empat mata antar 2 tokoh (head-to-head conversation) sekarang jadi ruang perundingan antara tamu negara dan pendampingnya. 

Ruang Tete-a-Tete terpampang foto-foto mantan Menlu sebelum Bu Retno 

Ruang Coklat
. Ruangan dengan nuansa serba coklat dan gold, terdiri dari ruang tamu dengan sofa besar yang menyatu dengan ruang rapat besar. Ruangan yang hangat ini menjadi bukti hubungan baik Indonesia dengan negara luar juga menjadi saksi bagaimana persetujuan antar negara dihasilkan. 

Saya di Ruang Coklat 

Flag Room. Ruangan ini yang paling luas. Biasanya digunakan untuk perjamuan makan atau resepsi tamu-tamu kehormatan. Di sudut ruangan terpancang bendera-bendera negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. 




Anyway di Flag Room inilah saya dan teman-teman influencer diajak dance oleh ibu Menlu Retno Marsudi. Lagi-lagi surprise banget bertemu dengan Menlu Retno, perempuan yang saya kagumi yang menjadi inspirasi saya untuk menjadi perempuan masa kini yang harus bisa beradaptasi dengan perubahan. 


Dalam paparannya Bu Retno menjelaskan kalau Gedung Pancasila one of historical building yang kita miliki dan Kemenlu berusaha merawat gedung ini sebaik mungkin. Tak hanya Bu Retno dalam Influencers Meet Up hadir juga salah satu peacekeeping operations/PKO. "PKO merupakan elemen penting dalam Kemenlu dan merupakan aset", papar Bu Retno.  

Pentingnya Perdamaian dengan #IniDiplomasi 

Sebelum bertemu dengan influencer, Bu Retno baru saja bertemu dengan kaum perempuan Afganistan di Sahid Hotel. Seperti kita ketahui Afganistan cukup lama terlibat konflik dan sekarang proses perdamaian sedang berjalan. Yang tidak pernah dipikirkan adalah bahwa perempuan sering tertinggal dalam proses perdamaian dan saat perdamaian tidak mendapatkan peran yang sama dengan laki-laki. Dalam pertemuan itu perempuan Afganistan dan para stake holder yang kesemuanya perempuan saling berdialog yang intinya bagaimana sebagai perempuan kita bisa saling mengisi antara satu dengan yang lain atau woman empower. So, perempuan bisa maju jika didukung oleh perempuan lain. Sebagai perempuan kita memiliki tanggung jawab untung meng-empower perempuan lain.


Menurut Bu Retno perempuan memiliki kelebihan untuk berdiplomasi dibanding laki-laki. Untuk itu Bu Retno berharap kita semua berperan serta untuk berdiplomasi di ruang lingkup kita masing-masing agar terus tercipta perdamaian. 

#IndonesiaUntukDunia 

Setelah dance bareng Bu Retno dan mendengarkan paparan singkat beliau, kami lanjut lunch di Kantin Diplomasi sementara Bu Retno melanjutkan pekerjaan. Di kantin ini kita juga sambil diskusi santai dengan Bapak Febrian Alphyanto Ruddyard, Dirjen Kerjasama Multilateral Kementerian Luar Negeri RI. 


Guys, kalian tau nggak kalau negara kita tahun 2019 - 2020 nanti menjadi Elected Ten Dewan Keamanan PBB (DK PBB). Bahkan bulan Mei 2019 lalu kita berhasil menjadi Presiden DK PBB dengan kempimpinan yang intelektual dan berwibawa. Ini membuat bargaining position Indonesia di kancah internasional semakin kuat. Tidak hanya itu, Indonesia sebagai salah satu negara yang selama ini menjadi garda depan dalam proses perdamaian dunia, kali ini dipercaya menjadi partner perdamaian dalam organisasi besar negara-negara dunia tersebut.


Proses rekonsiliasi konflik dan perdamaian di beberapa negara konflik, seperti di Palestina, Suriah, Yaman, Lebanon, dan negara lainnya menjadi isu penting bagi Indonesia, dalam hal ini melalui Kementerian Luar Negeri, dan berbagai negara di dunia untuk mencari solusi terbaik atas permasalahan tersebut. Kegiatan yang baru-baru telah berlangsung yakni pertemuan Debat Terbuka (Open Debate) yang bertemakan Menabur Benih Perdamaian pada 7 Mei lalu. Acara ini ditujukan untuk terus mendorong peningkatan kualitas kapasitas Pasukan Penjaga Perdamaian dalam berbagai misi di belahan dunia, merupakan salah satu agenda prioritas Indonesia selama menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020. 

Target utama bagi Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi perdamaian mampu disebarkan kepada seluruh dunia untuk terus menyemai damai dan hidup yang harmonis. Peranan Indonesia selama menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah dalam menjembatani upaya perdamaian dunia. Berikut manfaat Dewan Keamanan PBB Indonesia: 


Pada tanggal 8 Juni 2018, Indonesia telah terpilih menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB untuk periode 2019-2020, bersama Jerman, Afrik​a Selatan, Belgia dan Republik Dominika. Keanggotaan DK PBB Indonesia tersebut merupakan yang ke-empat kalinya, setelah sebelumnya Indonesia menjadi anggota tidak tetap DK PBB pada tahun 1974-1975, 1995-1996, dan 2007-2008. Dan tahun ini Indonesia memulai masa tugasnya pada tanggal 1 Januari 2019 hingga 31 Desember 2020.

Selama periode keanggotaan Indonesia di DK PBB pada tahun 2019-2020, Indonesia diproyeksikan akan menjadi Presiden DK PBB dua kali, yaitu bulan Mei 2019 dan bulan Agustus / September 2020. Indonesia juga memegang  penholdership (tanggung jawab untuk penyusunan dokumen sidang DK PBB, seperti rancangan resolusi, press statement) untuk sejumlah isu, yaitu mengenai Afghanistan dengan Jerman, dan mengenai Palestina dengan AS dan Kuwait. 


See, Indonesia benar-benar membuat saya bangga. Semuanya dilakukan lewat jalur Diplomasi. Yes, #IndonesiaUntukDunia.






You Might Also Like

0 comments