Perempuan Berdaya Harus Bisa Beradaptasi di Era Digital

P erempuan itu urusannya dapur, sumur, kasur. Karena itu sudah Kodrat! Masih pernah dengar atau ada orang yang berada di lingkungan kit...


Perempuan itu urusannya dapur, sumur, kasur. Karena itu sudah Kodrat! Masih pernah dengar atau ada orang yang berada di lingkungan kita yang punya pola pikir seperti itu? Please bantu ia mengubah mindset nya mengenai kodrat wanita. Karena banyak orang yang cenderung menyamakan kodrat dengan peran. Kodrat itu given, Sang Pencipta sudah menetapkan kalau wanita itu diberi keistimewaan bisa menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui. Ini yang namanya kodrat. Dan para wanita juga harus menyadari ini, jangan pernah beranggapan bahwa lelaki itu selalu diatas dan jangan pernah menyerah dan pasrah kalau hidup kita berkeluarga tergantung pada suami. 

Mengapa di paragraf awal saya langsung blak-blakan soal kodrat wanita? Ya, karena masih ada saja yang beranggapan demikian bahwa kodrat wanita sudah ditetapkan dalam sebuah keluarga. Masih saja ada pemikiran kalau wanita nggak perlu mengenyam pendidikan tinggi, karena ujung-ujungnya mengurus rumah dan suami. Bukankah di zaman yang semakin maju ini seharusnya para lelaki memberikan dukungan kepada semua wanita bahwa kita punya hak yang sama? Hak mendapatkan pendidikan yang berkualitas, hak untuk berkreativitas dan bekerja sesuai keahliannya agar wanita juga memiliki daya saing. Alangkah bahagianya kalau dalam sebuah keluarga suami dan istri saling berdampingan dalam hal perencanaan masa depan keluarga termasuk dalam hal keuangan. 


Gender Equality, foto hanya ilustrasi :) 


Kesetaraan gender seharusnya bisa diterima dengan lapang dada. Semua orang apapun gender nya harus mendapatkan perlakuan yang sama dalam bidang apapun. Bicara kesetaraan, Para perempuan di zaman perjuangan dahulu begitu semangatnya memperjuangkan nasib perempuan Indonesia. Mereka berdiskusi dan bertukar pikiran, kemudian menyatukan opini mereka di Dalem Jayadipuran, Yogyakarta. Hasil pemikiran mereka dipaparkan dalam Kongres Perempuan pada  22 Desember 1928. 

Adapun pada saat kongres berlangsung nggak cuma membahas masalah pendidikan, perkawinan paksa, dll, tapi juga membahas dan memperjuangkan peran wanita bukan hanya sebagai istri dan pelayan suami saja. Dan sejak itulah diperingati sebagai Hari Ibu. Presiden Soekarno kemudian mengeluarkan keputusan presiden untuk menetapkan dukungan atas Kongres Perempuan III. Melalui Keputusan Presiden Nomor 316 tahun 1959 akhirnya Hari Ibu resmi menjadi Hari Nasional.

Latar Belakang VivaTalk: Perempuan Berdaya Indonesia Maju 
Menyambut peringatan Hari Ibu yang ke 91, Viva mengadakan VivaTalk dengan tema Perempuan Berdaya Indonesia Maju yang diadakan pada hari Selasa, 3 Desember 2019 di Hotel Millenium Sirih Jakarta.  Beberapa narasumber pun turut sharing mengenai bagaimana perempuan di era digital agar lebih berdaya, mereka adalah Indra Gunawan (Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI), Dr. Sri Danti Anwar (Pakar Gender), Eko Bambang Subiantoro (Chief of Research at Polmark dan Aliansi Laki-laki Baru), Diajeng Lestari (Founder Hijup) dengan moderator Anna Thealita (News Anchor TV One). 

Dalam sambutannya bapak Henky Hendranantha, Chief Operating Officer at VIVA Networks menjelaskan latar belakang diadakannya VivaTalk hari itu. Selain memperingati Hari Ibu 22 Desember nanti, Viva juga ingin masyarakat sadar tentang pentingnya kesetaraan gender. Perempuan memiliki peluang dan kesempatan yang sama untuk maju. 

Henky Hendranantha 

Menjelang tahun 2030 - 2040, Indonesia akan menghadapi bonus demografi. Oleh karena itu perempuan-perempuan Indonesia harus bisa memiliki kualitas dan keterampilan. Karena bagaimana pun perempuan dalam perannya sebagai ibu adalah pendidikan pertama bagi anak yang akan mencetak generasi bangsa. Sebagai dukungan terhadap perempuan-perempuan di Indonesia saat ini Viva sedang menciptakan platform khusus perempuan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada perempuan menjadi perempuan mandiri dan berdaya tangguh. 

Salut deh dengan ide dan rencana akan dibuatnya platform khusus perempuan oleh Viva Semoga platform ini bisa menjadi sarana yang tepat sasaran untuk perempuan Indonesia ya. 

Kesetaraan Gender Menjadi Perhatian Dunia
Tau nggak sih kalau orang yang juga sangat berjasa dalam mengembangkan pengertian gender ini adalah Ann Oakley pada tahun 1972? Oakley mengartikan gender sebagai konstruksi sosial atau atribut yang dikenakan pada manusia yang dibangun oleh kebudayaan manusia. Dalam buku nya Sex,Gender and Society menjelaskan bahwa gender berarti perbedaan yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Gender merupakan behavioral differences (perbedaan perilaku) antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial, yakni perbedaan yang bukan ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia (bukan kodrat) melalui proses sosial dan kultural yang panjang. 


sumber: http://www.annoakley.co.uk/

Menurut pak Indra Gunawan perwakilan dari KPPPA, dasar hukum tentang Gender sendiri sudah tertuang di dalam Peraturan Presiden No 59/2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan juga tujuan RPJPM (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah) tahun 2010, yakni Negara menjamin semua anak laki-laki dan perempuan untuk memiliki akses terhadap perkembangan dan pengasuhan anak usia dini, pendidikan pra sekolah dasar dan berkualitas. Juga tertuang di dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs tahun 2030) dari tujuh belas item tujuan diantaranya tujuan ke-5 adalah tentang kesetaraan gender.

Pak Indra juga memaparkan bagaimana  Konferensi Wanita sedunia ke-4 di Beijing tahun 1995 menghasilkan Beijing Platform for Action yang isinya tentang 12 critical area bagi perempuan dan selanjutnya di seluruh dunia mulai digaungkan kesetaraan Keadilan Gender. Yups, Kesetaraan Gender menjadi perhatian dunia. 

Indra Gunawan 

Saat ini KPPPA juga masih fokus  dengan isu perempuan dan anak, seperti masalah kematian ibu, isu stunting, anak dikawinkan di usia muda, kekerasan dalam rumah tangga, dll. Harapan pak Indra semoga isu perempuan dan anak ini dapat kita atasi bersama. Dan perempuan-perempuan di Indonesia diharapkan menjadi perempuan tangguh yang bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi di era digital. Karena kalau kita tidak bisa beradaptasi dengan disruption yakinlah kita akan tertinggal. 


Penyerahan Cinderamata dari Viva diwakili Henky Hendranantha 


Peluang Perempuan Indonesia di Era Digital
Bicara perempuan berdaya harus ada wujud nyata dari kita semua bagaimana membuat perempuan menjadi berdaya. Pak Eko Bambang Subiantoro mengatakan pada dasarnya individu itu sama, bahwa setiap individu memiliki kemampuan rasional baik laki-laki maupun perempuan. Yang sering jadi persoalan adalah konstruksi gender. Selain kodrat yang sudah diberikan kepada laki-laki dan perempuan oleh Sang Pencipta yang membuat berbeda, sisanya baik laki-laki dan perempuan sama. Misal, laki-laki bisa menangis seperti perempuan. Konstruksi gender seringnya mengakibatkan kemampuan laki-laki dan perempuan menjadi dipisahkan. 
Pemisahan dalam konstruksi gender, laki-laki dianggap lebih rasional, aktif, produktif, memimpin. Dan perempuan dianggap nggak rasional hanya reproduktif. Tetapi sejak adanya digital, semua individu kedepannya menjadi kreatif yang tidak lagi tergantung pada sekat-sekat sosial. 
Di era digital akses terhadap informasi menjadi tak terbatas. Saat ini perempuan dimanapun bisa mendapat informasi, karena digital menjadikan percepatan distribusi informasi. Akses yang mudah didapatkan membuat kita bisa menjalin pertemanan lebih luas. Sekat-sekat yang tadinya perempuan hanya di ruang domestik nggak bisa di ruang publik dengan kemajuan digital semakin mudah mendobrak akses-akses yang tertutup selama ini bagi perempuan. Sehingga setiap individu mampu untuk mengakselerasi kemampuan dan pengetahuan secara lebih cepat. 


Kiri-Kanan: Anna Thealita - Dr. Sri Danti Anwar - Eko Bambang Subiantoro 
Dengan kehadiran digital perempuan bisa menjadi perempuan berdaya yang maju secara finansial. Karena semakin banyak peluang bagi perempuan di industri kreatif. Bahkan lebih banyak perempuan yang maju dibanding laki-laki. Tetapi di sisi lain digital juga belum tentu membuat perempuan berdaya tergantung apakah di lingkungannya masih menggunakan perspektif tradisional atau perspektif yang bersifat setara. Kalau masih bersifat tradisional sekalipun digitalisasi sudah masuk, belum tentu bisa membuka dan mendorong perempuan mendapatkan percepatan informasi. Sementara kalau lingkungan tersebut memakai perspektif yang sifatnya setara maka ekonomi perempuan bisa setara dengan ekonomi laki-laki bahkan bisa melebihi laki-laki. 

Nah, kalau kita sudah berumah tangga aspek dasar itu kembali pada pasangan, bagaimana perspektif pasangan kita. Semaju apapun digital selama perspektif pasangan tidak sama atau masih tradisional, maka akan menjadi hambatan bagi perempuan untuk maju. Maka dari itu laki-laki harus bisa membuka diri. Belum lagi lingkungan yang masih sering ngebully yang membuat perempuan takut berkembang. 

Jadi sekarang dibutuhkan keterbukaan dari banyak pihak agar perempuan bisa berdaya untuk Indonesia Maju, termasuk kebijakan pemerintah yang melindungi kreativitas perempuan dalam hal teknologi digital. 

Para Narasumber di Vivatalk, Perempuan Berdaya Indonesia Maju 

Yang namanya konstruksi gender itu bisa diubah. Bu Danti mengatakan itu semua tergantung kepada komitmen kita bersama. Misal dalam keluarga, suami istri bermusyawarah arah saling berbagi tugas. Jadi sebetulnya nggak ada masalah karena hanya peran gender bisa dipertukarkan. 

Sebenarnya konstitusi kita pun sudah menyatakan di Pasal 27 (1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecuali nya. 

By the way menurut Bu Danti di era digital mau tidak mau suka atau tidak suka kita harus bisa beradaptasi. Kodrat memang tidak bisa ditukar tapi kita bisa berbagi peran. Makanya penting banget cari pasangan yang bisa diajak diskusi dan berbagi peran, pesan Bu Danti. 

Tips Menjadi Perempuan Berdaya Ala Diajeng Lestari

Ngomongin peranan perempuan di era digital, Diajeng Lestari Founder Hijup sharing mengenai apa yang bisa dilakukan di era digital. Saat ini di sosial media mau pun group WhatsApp sering banget kita mendapatkan tag atau kiriman dari teman-teman kita yang mempromosikan jualan ya. Nah, kenapa kita nggak menjadi produsen juga jangan jadi konsumen saja. Karena ketika Indonesia produktif kebayang kan nilai ekonominya, apalagi 50 persen nya adalah wanita. Maka kita bisa jadi value bagi ekonomi di dalam negeri.

Tips dari Diajeng supaya kita punya bahan bakar dan bisa memberdayakan diri ke pasar digital adalah dengan menjadikan agama sebagai value untuk kita memulai usaha. Jadikan Nabi Muhammad SAW sebagai inspirasi. Terutama sifatnya yang amanah. Menolong atau Fathanah, Empower (membuat orang lain lebih berdaya), Hemat, Open (komunikasi yang terbuka) juga Dinamic (responsif terhadap perubahan). 


Pemberian Cinderamata dari Viva kepada Diajeng Lestari 

Jadi sebagai perempuan Indonesia kita harus bisa memanfatkan sebesar-besarnya peluang di era digital. Kita nggak perlu bekerja nine to five di kantor. Bisa bekerja sambil tetap mengawasi anak dari rumah, karena kita bisa mengerjakan pekerjaan kita dari mana saja. Dan kita juga bisa membantu menopang ekonomi keluarga, karena kita perempuan yang berdaya.




You Might Also Like

2 comments

  1. In addition to celebrating Mother's Day on 22 December, Viva also wants the public to be aware of the importance of gender equality.

    ReplyDelete
  2. Terimakasih sudah berbagi infonya, semoga sukses selalu,.

    ReplyDelete