Keuangan
Yuk Atur Uangmu Sebelum Terjebak Dalam Krisis Kelas Menengah
Saturday, September 23, 2017Sekarang ini bukan hanya mamah muda saja yang ingin selalu eksis (nggak semua sih sebelum dikeprak mamah muda), semua orang tanpa mengenal usia juga ingin selalu tampil dan eksis. Kenyataannya bisa kita lihat sosial media. Apa coba yang nggak di upload di sosial media. Coba kita urutkan persentase nya mulai dari yang paling banyak di share orang di sosial media. Pertama yang paling sering adalah aktivitas bersama anak dan keluarga, kemudian foto-foto saat travelling (lagi dimana, belanja apa), dilanjutkan foto kegiatan makan di resto mana nggak ketinggalan minumannya apa, dan yang terakhir OOTD. Kecenderungan inilah yang dialami semua orang. Kalau istilah di kampung saya di Medan sana "pantang tak top" apapun yang dibuat orang pasti ditiru dan diikuti jangan sampai ketinggalan zaman hehe. Kalau sekarang lebih kepada gaya hidup.
Femomena seperti yang saya sebutkan diatas sebenarnya sangat mengkhawatirkan. Apalagi yang "pantang tak top" tadi. Why? Karena sesungguhnya bisa saja kita sedang mengalami krisis identitas kelas menengah atau lebih dikenal middle income trap. Bahasa halus nya nggak kaya-kaya amat tapi ingin punya status sosial atau tepatnya pencitraan. Semua barang-barang branded yang dimiliki di upload di sosmed termasuk gadget mahal. Meski kadang uang pas-pasan tapi harus usaha maksimal untuk punya barang branded meski harus over limit pakai kartu kredit, yang penting ntar orang-orang bakal mengagumi. Pastinya kalau sudah begini ukurannya adalah uang. Jangan sampai kepuasan jadi tak berujung. Duh, ini sambil nulis juga jadi reminder buat diri sendiri loh. Karena ini fakta bukan cuma cerita di sinetron.
Memang sih banyak kita lihat fenomena middle income trap. Parahnya lagi ini justru terjadi karena semakin meningkatnya salary. Seharusnya gaji semakin naik tabungan semakin banyak, tapi justru sebaliknya. Gaji semakin naik, gaya hidup juga semakin tinggi, keinginan semakin besar bahkan mengalahkan kebutuhan, beli dengan cara nyicil juga jadi. Mungkin karena merasa gaji sudah besar, cicilan bisa ditutupi dengan gaji. Inilah masalah keuangan yang sering terjadi pada kita, kita susah untuk memisahkan mana keinginan dan mana kebutuhan. Lalu bagaimana cara mengatasi agar kita nggak terjebak dalam krisis kelas menengah? Kalau sudah terjebak bagaimana cara keluar dari middle income trap?
Nah, mas Aakar pun menjelaskan bagaimana caranya untuk keluar dari middle income trap. Yang paling penting harus dilakukan adalah minggir dulu atau berhenti dulu. Ibarat mobil yang sedang balapan dan tidak sanggup untuk melanjutkan berhenti dulu di Pit Stop, kemudian lakukan 3 hal berikut:
1. Current Financial
Lakukan financial check up, misal kita punya hutang berapa, punya kartu kredit limitnya berapa dan cicilan tiap bulannya berapa, kalau punya tanah harus tahu status tanahnya bagaimana, gaji suami berapa juga kita harus thau, kartu asuransi kesehatan atau askes dipegang oleh istri dan sebaiknya askes atas nama isti agar suatu saat suami meninggal askes tidak putus begitu saja untuk anak dan istri. Sebaiknya semua laporan keuangan dijadikan satu menjadi satu dokumen. Kemudian yabg lebih penting lagi sebenarnya suami dan istri punya rekening bersama agar lebih auditable.
2. Risk Profile
Kenali bagaimana profil risiko suami dan istri, gabungkan. Apakah suami konservatif atau istri lebih agresif. Kalau memiliki suami yang konservatif ini yang sulit. Karena tipe-tipe orang yang konservatif ini nggak begitu tertarik dengan yang namanya investasi jenis apapun. Biasanya orang-orang seperti ini terlalu confidence dengan masa depannya, dan sering dijumpai pada pria-pria mapan. Jadi intinya jangan terlalu over confidence, karena risiko pekerjaan kedepannya juga kita nggak bakal tahu, bisa saja tiba-tiba perusahaan bangkrut.
3. Goals
Tujuan kita apa? Kita harus tahu apa tujuan kita, karena ini penting. Dalam hidup setiap orang pasti punya impian. Untuk mencapai impian kitapun harus punya perencanaan keuangan yang pasti. Makanya dalam pengelolaan keuangan kita harus tahu apa saja yang menjadi pondasi.
Seperti kita lihat pada ilustrasi di atas pondasi dasar keuangan diantaranya dana darurat, dana pensiun, pajak, asuransi, investasi, asuransi, dan dana pendidikan. Kesemuanya adalah pondasi dasar keuangan yang wajib ada. Dana darurat itu wajib ada kata mas Aakar. Karena uang itu datangnya nggak sekonyong-konyong. Uang ada karena kita bekerja dan menabung. Demikian pula dengan darurat, dana ini diperlukan disaat situasi darurat. Jadi lucu kalau kita selama ini bisa beli barang branded, tapi tiba-tiba ada kebutuhan mendadak misal anak sakit dan harus masuk rumah sakit, asuransi kesehatan nggak punya, dana darurat nggak punya kemudian kita mencari pinjaman ke keluarga atau orang lain, its not fun kata mas Aakar. Ini ibarat kalian bisa fitness tapi nggak punya askes. Padahal biaya fitness lebih mahal dari bayar askes.
Kemudian soal dana pendidikan bagi anak. Sejak dini anak dibiasakan menabung, atau kita sebagai orang tua sudah memisahkan tabungan untuk anak tersendiri. Ini gunanya untuk dana pendidikannya kelak. Pahitnya kalau suami istri berpisah setidaknya anak sudah punya tabungan sendiri, jadi meskipun ortu berpisah pendidikan anak tidak terganggu.
Yang tak kalah penting untuk kita miliki adalah asuransi. Asuransi sifatnya wajib kata mas Aakar, apalagi asuransi kesehatan. Sebelum kita punya cicilan lain kita harus sudah punya asuransi kesehatan. Karena yang namanya sakit itu pasti. Jangan pernah menganggap asuransi itu option. Asuransi adalah pondasi, meskipun kita mengganggap asuransi bukan tujuan tapi kita wajib menjalani. Iya sih, jujur saja saya pernah merasakan ruginya nggak punya asuransi kesehatan. Saya pernah beranggapan punya asuransi kesehatan sama dengan mendoakan atau mensugesti diri sendiri sakit, karena kita sudah mempersiapkan diri sakit. Hihi, sampai segitu egoisnya nggak mau ikutan asuransi. Seperti yang dibilang mas Aakar kalau sakit itu pasti. Begitu saya sakit dan berobat di rumah sakit baru kerasa deh biaya yang harus dikeluarkan setidaknya untuk perawatan.
Sekarang sejak memiliki asuransi, saya nggak was-was lagi seandainya tiba-tiba sakit dan harus dirawat, semoga sehat-sehat saja sih tapi berjaga-jaga itu perlu. Asuransi harus menjadi pondasi yang kuat dalam perencanaan keuangan saya saat ini. Setiap bulan saya wajib menyisihkan dana untuk premi asuransi, kebutuhan tersier atau keinginan di nomor sekiankan dulu, misal ngurang-ngurangin nongkrong, yang penting premi asuransi wajib dibayarkan. Karena kalau tiba-tiba terjadi risiko yang berhubungan dengan kesehatan saya nggak terlalu cemas lagi.
Sinarmas MSIG Life selalu berusaha mewujudkan masa depan para keluarga Indonesia agar menjadi lebih baik dengan layanan inovasi produk dan layanan maksimal. Jadi untuk meningkatkan komitmen tersebut, Sinarmas MSIG Life giat melakukan edukasi keuangan dan literasi keuangan sejak 3 tahun lalu. Suandi Sitorus selaku Section Head Of Training Quality Assurance Sinarmas MSIG Life mengatakan bahwa kegiatan edukasi dan literasi keuangan tujuannya untuk membantu OJK agar masyarakat paham tentang literasi keuangan. Ini mengingat indeks angka literasi keuangan di Indonesia menyentuh angka minimum yakni baru mencapai 30 persen, sisanya yang 70 persen masyarakt Indonesia belum tersentuh akan literasi keuangan.
Sinarmas MSIG Life berusaha membantu pemerintah melalui literasi-literasi keuangan. Tujuan diadakannya edukasi dan literasi keuangan melalui komunitas adalah agar orang-orang melek dengan perencanaan keuangan, dan komunitas bisa menjadi perpanjangan tangan untuk menyampaikan edukasi yang telah didapatkan. Yuk Atur Uangmu.
banyak orang terjebak dalam gaya hidup hedon (ilustrasi) |
Memang sih banyak kita lihat fenomena middle income trap. Parahnya lagi ini justru terjadi karena semakin meningkatnya salary. Seharusnya gaji semakin naik tabungan semakin banyak, tapi justru sebaliknya. Gaji semakin naik, gaya hidup juga semakin tinggi, keinginan semakin besar bahkan mengalahkan kebutuhan, beli dengan cara nyicil juga jadi. Mungkin karena merasa gaji sudah besar, cicilan bisa ditutupi dengan gaji. Inilah masalah keuangan yang sering terjadi pada kita, kita susah untuk memisahkan mana keinginan dan mana kebutuhan. Lalu bagaimana cara mengatasi agar kita nggak terjebak dalam krisis kelas menengah? Kalau sudah terjebak bagaimana cara keluar dari middle income trap?
Kenapa Kita Harus Keluar Dari Middle Income Trap?
Menurut Aakar Abyasa Fidzuno, seorang Financial Adviser sekaligus Founder of Jouska Financial, 99 persen orang susah keluar dari middle income trap. Tapi kita harus sadar kapan kita harus keluar dari jebakan krisis kelas menengah. Kenapa kita harus keluar? Karena fisik kita lama kelamaan menurun, duit pun semakin banyak dibutuhkan. Nggak mungkin kan hidup kita hanyak untuk berlomba-lomba menampilkan citri diri mencapai standar terbaik. Dan standar terbaik itu pun nggak jelas ukurannya, yang ada malah kepuasan yang tak berujung.Aakar Abyasa Fidzuno |
Nah, mas Aakar pun menjelaskan bagaimana caranya untuk keluar dari middle income trap. Yang paling penting harus dilakukan adalah minggir dulu atau berhenti dulu. Ibarat mobil yang sedang balapan dan tidak sanggup untuk melanjutkan berhenti dulu di Pit Stop, kemudian lakukan 3 hal berikut:
1. Current Financial
Lakukan financial check up, misal kita punya hutang berapa, punya kartu kredit limitnya berapa dan cicilan tiap bulannya berapa, kalau punya tanah harus tahu status tanahnya bagaimana, gaji suami berapa juga kita harus thau, kartu asuransi kesehatan atau askes dipegang oleh istri dan sebaiknya askes atas nama isti agar suatu saat suami meninggal askes tidak putus begitu saja untuk anak dan istri. Sebaiknya semua laporan keuangan dijadikan satu menjadi satu dokumen. Kemudian yabg lebih penting lagi sebenarnya suami dan istri punya rekening bersama agar lebih auditable.
2. Risk Profile
Kenali bagaimana profil risiko suami dan istri, gabungkan. Apakah suami konservatif atau istri lebih agresif. Kalau memiliki suami yang konservatif ini yang sulit. Karena tipe-tipe orang yang konservatif ini nggak begitu tertarik dengan yang namanya investasi jenis apapun. Biasanya orang-orang seperti ini terlalu confidence dengan masa depannya, dan sering dijumpai pada pria-pria mapan. Jadi intinya jangan terlalu over confidence, karena risiko pekerjaan kedepannya juga kita nggak bakal tahu, bisa saja tiba-tiba perusahaan bangkrut.
3. Goals
Tujuan kita apa? Kita harus tahu apa tujuan kita, karena ini penting. Dalam hidup setiap orang pasti punya impian. Untuk mencapai impian kitapun harus punya perencanaan keuangan yang pasti. Makanya dalam pengelolaan keuangan kita harus tahu apa saja yang menjadi pondasi.
pondasi dasar keuangan |
Seperti kita lihat pada ilustrasi di atas pondasi dasar keuangan diantaranya dana darurat, dana pensiun, pajak, asuransi, investasi, asuransi, dan dana pendidikan. Kesemuanya adalah pondasi dasar keuangan yang wajib ada. Dana darurat itu wajib ada kata mas Aakar. Karena uang itu datangnya nggak sekonyong-konyong. Uang ada karena kita bekerja dan menabung. Demikian pula dengan darurat, dana ini diperlukan disaat situasi darurat. Jadi lucu kalau kita selama ini bisa beli barang branded, tapi tiba-tiba ada kebutuhan mendadak misal anak sakit dan harus masuk rumah sakit, asuransi kesehatan nggak punya, dana darurat nggak punya kemudian kita mencari pinjaman ke keluarga atau orang lain, its not fun kata mas Aakar. Ini ibarat kalian bisa fitness tapi nggak punya askes. Padahal biaya fitness lebih mahal dari bayar askes.
Kemudian soal dana pendidikan bagi anak. Sejak dini anak dibiasakan menabung, atau kita sebagai orang tua sudah memisahkan tabungan untuk anak tersendiri. Ini gunanya untuk dana pendidikannya kelak. Pahitnya kalau suami istri berpisah setidaknya anak sudah punya tabungan sendiri, jadi meskipun ortu berpisah pendidikan anak tidak terganggu.
Yang tak kalah penting untuk kita miliki adalah asuransi. Asuransi sifatnya wajib kata mas Aakar, apalagi asuransi kesehatan. Sebelum kita punya cicilan lain kita harus sudah punya asuransi kesehatan. Karena yang namanya sakit itu pasti. Jangan pernah menganggap asuransi itu option. Asuransi adalah pondasi, meskipun kita mengganggap asuransi bukan tujuan tapi kita wajib menjalani. Iya sih, jujur saja saya pernah merasakan ruginya nggak punya asuransi kesehatan. Saya pernah beranggapan punya asuransi kesehatan sama dengan mendoakan atau mensugesti diri sendiri sakit, karena kita sudah mempersiapkan diri sakit. Hihi, sampai segitu egoisnya nggak mau ikutan asuransi. Seperti yang dibilang mas Aakar kalau sakit itu pasti. Begitu saya sakit dan berobat di rumah sakit baru kerasa deh biaya yang harus dikeluarkan setidaknya untuk perawatan.
Sekarang sejak memiliki asuransi, saya nggak was-was lagi seandainya tiba-tiba sakit dan harus dirawat, semoga sehat-sehat saja sih tapi berjaga-jaga itu perlu. Asuransi harus menjadi pondasi yang kuat dalam perencanaan keuangan saya saat ini. Setiap bulan saya wajib menyisihkan dana untuk premi asuransi, kebutuhan tersier atau keinginan di nomor sekiankan dulu, misal ngurang-ngurangin nongkrong, yang penting premi asuransi wajib dibayarkan. Karena kalau tiba-tiba terjadi risiko yang berhubungan dengan kesehatan saya nggak terlalu cemas lagi.
Edukasi Keuangan Bersama Sinarmas MSIG Life
Happy banget bisa mendapatkan edukasi keuangan dari mas Aakar seperti yang saya paparkan diatas. Yups, kelas edukasi ini diadakan oleh Sinarmas MSIG Life bersama dengan komunitas Kumpulan Emak Blogger (KEB) beberapa waktu lalu. Sinarmas MSIG Life sudah berkiprah selama 32 tahun di industri asuransi, dan selalu konsisten melakukan kegiatan-kegiatan edukasi keuangan dengan komunitas-komunitas yang berbeda sesuai dengan market Sinarmas MSIG Life.Sinarmas MSIG Life selalu berusaha mewujudkan masa depan para keluarga Indonesia agar menjadi lebih baik dengan layanan inovasi produk dan layanan maksimal. Jadi untuk meningkatkan komitmen tersebut, Sinarmas MSIG Life giat melakukan edukasi keuangan dan literasi keuangan sejak 3 tahun lalu. Suandi Sitorus selaku Section Head Of Training Quality Assurance Sinarmas MSIG Life mengatakan bahwa kegiatan edukasi dan literasi keuangan tujuannya untuk membantu OJK agar masyarakat paham tentang literasi keuangan. Ini mengingat indeks angka literasi keuangan di Indonesia menyentuh angka minimum yakni baru mencapai 30 persen, sisanya yang 70 persen masyarakt Indonesia belum tersentuh akan literasi keuangan.
Suandi Sitorus |
Sinarmas MSIG Life berusaha membantu pemerintah melalui literasi-literasi keuangan. Tujuan diadakannya edukasi dan literasi keuangan melalui komunitas adalah agar orang-orang melek dengan perencanaan keuangan, dan komunitas bisa menjadi perpanjangan tangan untuk menyampaikan edukasi yang telah didapatkan. Yuk Atur Uangmu.
6 comments
wah seru ya, dapat ilmu. menagtur keuangan itu gampang2 susah ya, perlu ketegasan agar tak boros
ReplyDeleteIya mbak, mengalahkan keinginan itu yang susah yaa
DeletePengendalian keuangan memang penting untuk masa depan klrga ya mba..rasanya tdk mudah memang kluar dr jeratan konsumerisme
ReplyDeleteHuhu iya nih kadang kita suka ngikutin gaya hidup orang sih ya akhirnya terjebak deh
DeleteDuh reminder buat diriku nih. Semoga kita lebih bijak lagi mengatur keuangan.
ReplyDeleteIya mbak..ini reminder buat diri ku juga :D
Delete