Kemudahan Transaksi BRI Membuat Selalu Bisa Membersamai Ibu

Saya dan Ibu K elak apa yang menjadi pikiran yang selalu menggantung di setengah isi saldo BRI saya menjadi menjadi kenyataan untuk apa yan...

Transaksi dan Digitalisasi BRI
Saya dan Ibu

Kelak apa yang menjadi pikiran yang selalu menggantung di setengah isi saldo BRI saya menjadi menjadi kenyataan untuk apa yang saya hadapi saat ini. Ibu yang sepertiga payah mengendalikan pikirannya sendiri, bagaikan cermin yang sebetulnya terjadi juga pada diri saya. Lambung kantong makanan dalam tubuh ibu sudah lama tergerus, tanpa disadari anak-anaknya yang lain termasuk saya sendiri pun mengalami sakit yang sama. Bahkan awal untuk memahami hal ini mengapa, saya harus membujuk ibu untuk memeriksakan penyakit yang dideritanya ke Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Brandan. Dokter memvonis ibu psikosomatis yang akhirnya membuat fisik sakit dan menyerang lambung. Ibu di opname untuk menjalani perawatan dan pemeriksaan lanjutan. Satu purnama hanya memberi saya semua tumpukan ketakutan dan khawatir yang sangat meluberi kantong hati dan derasnya air mata. “Saya akan selalu berada di sini bersamanya, menemaninya sampai kalang oleh waktu”, itu janji saya dalam hati. Namun yang terjadi adalah ketidaksanggupan menanggung janji diri sendiri dengan kenyataan yang sulit dihadapi. 

Sosok pria di sebelah saya kerapkali menguraikan kata dan makna dengan kalimat yang sangat hati-hati. Masih sama seperti ketika saya mengenalnya dengan perbincangan yang asal saja namun seringkali menyergap semua rasa takut, marah dan rindu bertubi-tubi di setiap kesempatan berbincang. Melalui chat, panggilan suara juga saling komentar dalam setiap postingan sosial media saya. Ia suami saya yang sedikit jumawa kala menceritakan dunia, baginya dunia berada di bawah ketiaknya. Hehe!

Saya pun memberanikan diri menyampaikan analisa dokter yang seharusnya bisa dipahami oleh semua anggota keluarga. Abang dan adik-adik saya harus tahu betul apa yang sesungguhnya terjadi pada ibu. Namun jauh dari apa yang saya harapkan ketika semua disampaikan kepada mereka yang terjadi justru sebaliknya serangan pertama mendarat dari salah satu anggota keluarga. “Tak perlu kau ceramah di keluarga ini aku tahu apa yang sebenarnya terjadi!” Kalimat ini lantas menutup bibir dan mengguncang hati jauh lebih dalam, untung saja saya masih bisa bersandar di pundak suami. Pada hal-hal sederhana yang paling saya inginkan adalah munculnya perbincangan saling membahu antar adik-beradik untuk menghadapi ibu yang terjuntai dalam ruang rawat inap ini. Yang terjadi tidak sesuai harapan sodara-sodara! Jenis penyakit psikosomatis tak ada dalam kamus mereka. Pedih, pasrah dan rasa jatuh terjerembab menyergap seketika. Untungnya bumi masih berputar, untungnya saya tak pernah menyerah. Alunan musik dan lagunya Bernadya kalau saja viral di masa itu sungguh akan sangat membantu. 

Transaksi BRI
Semangat Isi Saldo BRI Agar Lancar Bertransaksi

Menghadapi ibu yang tengah menjalani pemeriksaan hari demi hari dan kumpulan data riwayat analisa kesehatannya kini bertumpuk dalam berkas yang selalu saya bawa. Memandangi isi saldo BRI yang perlahan terkikis setiap hari adalah dua persoalan yang tak lagi menjadi top highlight, tapi menerima dan menjalani hari-hari bersama keluarga yang tak pernah mendapat kata sepakat untuk merawat ibu bersama-sama menjadi list nomor satu yang harus saya selesaikan. Saya menyadari sepenuhnya telah menjadi tulang punggung yang terlalu lama tegang uratnya dalam keluarga. Aliran suplai uang belanja tak pernah putus untuk ibu dan ayah. Entah apa yang membuat hal itu sering terjadi. Namun belakangan semua alasan itu bisa saya terima saat ini, dan menjadi alasan mengapa saya harus hidup setegar karang. 

Memapah ibu menuju rumah sakit, dan menemaninya sepanjang waktu menjalani pemeriksaan tak pernah menjadi penyesalan. Sampai suatu ketika ibu bisa menjalani perawatan di rumah tanpa harus datang ke rumah sakit. Hari-hari seolah kembali seperti biasa, ibu dan kami semua berkumpul dalam rumah. Abang dan adik-adik juga semua membersamai ibu. Ayah yang usianya jauh lebih tua dari ibu tentu saja membersamai dengan kemampuannya yang bisa kami pahami. Dan saya harus kembali ke Jakarta, tempat di mana saya harus mengejar isi saldo BRImo kembali. Demi suplai biaya perawatan ibu yang tidak boleh putus, dan transaksi lainnya. Meski saat ini seringkali tersendat saya bersyukur adik-adik mampu menerima apa yang menjadi kegundahan dan tanggung jawab sebagai tulang punggung yang hampir patah. Saya harus kembali membuat diri kembali sedia kala setelah melewati masa merawat ibu dua puluh empat purnama. Meski ibu belum sepenuhnya sembuh. 


Saya dan Digitalisasi

Dunia digital sudah menjadi bagian hidup saya selama bekerja di dunia travel. Awal bekerja sebagai ticketing melayani tiket penerbangan dan paket wisata, tak hanya mengharuskan saya cakap dalam meng-handle customer tetapi juga proses transaksi. Alhamdulillah semua itu menempa saya menjadi pribadi yang sangat dekat dengan segala aktivitas digital. Perihal transaksi keuangan melalui berbagai payment gateway sudah pernah saya lakukan, bisa dibilang semua platform pembayaran dan transaksi digital dalam dan luar negeri “sudah saya selami!” Mulai dari transaksi sistem gesek, money changer, dll. Sampai sekarang proses digitalisasi yang memudahkan transaksi yang cukup hanya dengan scan QRIS.

Yups, teknologi digital terus berkembang. Saat ini digitalisasi bukan hanya sekedar tren tapi keharusan. Saya ingat sekali sewaktu mengikuti seminar teknologi digital dimana salah seorang narasumber mengatakan “Jangan alergi dengan teknologi digital jika kita tidak mau tertinggal”! Jujurly saya setuju sekali dengan pendapat itu. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus mengikuti perkembangan teknologi digital, agar tak menyesal karena tertinggal.

Berkat digitalisasilah cara transaksi perbankan zaman now juga berubah. Transaksi jadi lebih efisien, aman, nyaman, juga aksesibilitas bagi nasabah. Nggak perlu jauh-jauh buka rekening baru ke kantor pusat, tak perlu gelisah tak bisa buka tabungan hanya karena domisili tempat tinggal beda dengan identitas KTP, nggak perlu gemes bolak-balik perbaiki tanda tangan sampai mirip betul dengan tanda tangan yang ada di KTP. Kalau diingat-ingat kadang memang tak efisien sekali masa-masa membuka rekening manual dibanding proses membuka rekening lewat digital, sangat menguras emosi dan energi. Thank you digitalisasi!


Saya dan BRImo

Transaksi BRI
Saya dan Aplikasi BRImo

Mengingat ibu dan ayah saat ini tinggal dan dirawat oleh adik yang tinggal di daerah, memiliki rekening yang menjangkau sampai ke daerah sangat diperlukan untuk transaksi. Ya, keputusan membuka rekening BRI via aplikasi BRImo jadi keputusan tepat. Meski adik saya yang tinggal di kota Binjai yang sudah kotamadya, tetapi akses untuk bisa dengan mudah untuk tarik tunai melalui mesin ATM masih sulit karena lokasinya biasanya hanya ada di pusat kota atau beberapa minimarket. Saya sangat bersyukur ada agen BRILink di komplek rumah adik. Jadi adik nggak perlu repot-repot ke kota untuk mengambil uang transferan. Oh ya, salah satu penyakit ibu saya yang harus kami maklumi adalah tak ingin ditinggal dan jauh dari anak. Jadi untuk ke luar rumah melakukan aktivitas apapun sangat sulit termasuk sekadar ke kota mencari mesin ATM untuk mengambil uang. 


Selain untuk mengirim uang ke adik, dengan BRImo saya juga bisa membayar belanjaan online mulai dari bahan pokok sampai popok, lebih efisien baik dari sisi waktu dan tenaga. Tak perlu repot keluar rumah untuk belanja kebutuhan sandang dan pangan. Semua urusan transaksi jadi dipermudah, termasuk saat saya harus membayar terapis yang rutin memberikan terapi ke ibu saya. Terapis yang juga tinggal di daerah dimana cuma ada BRI di kampungnya. Saya tinggal transfer dari BRImo ke rekeningnya. Ibu dan adik saya tak perlu memikirkan bagaimana biaya untuk bayar terapis.


Kemudahan Transaksi BRI
Adik Mengambil Transferan di Agen BRILink Komplek Rumah di Binjai, Sumatera Utara


Masih banyak kemudahan lainnya yang saya dapatkan selain kemudahan melakukan transaksi dengan keluarga di kampung halaman. Lewat aplikasi BRImo saya bisa dengan mudah membayar tagihan, mulai dari tagihan listrik, pasca bayar, kartu kredit, sampai mengisi ulang kartu BRIZZI untuk naik Commuter Line dan Trans Jakarta. Semua seolah mudah dijangkau dalam satu langkah. Ketika beberapa kebutuhan mendadak banyak yang harus dilakukan cukup cek saldo BRI lalu lakukan semua transaksi di berbagai platform. Beberapa kebuthan dasar untuk perawatan ibu langsung dengan cepat mudah terpenuhi walau saya berada dijakarta. Proses membersamai adik yang sedang berjuang merawat ibu tidak pernah membuat saya merasa jauh dari mereka. Apalagi ketika keponakan juga ikut merengek meminta sesuatu yang tak bisa disediakan mamaknya yang sedang merawat nenek. Secepat ojol mengantar permintaan keponakan terpenuhi.

Digitalisasi
Mudahnya Top Up BRIZZI Berkat Digitalisasi BRI

Keadaan sesungguhnya tak akan pernah menjadi hambatan untuk memuluskan kebaikan yang ingin kita lakukan. Apalagi ketika membersamai keluarga menghadapi persoalan merawat orang tua. Kami memang wajib berbagi peran untuk kondisi ibu seperti saat ini. Dan peran saya tak pernah kosong meski berada jauh di seberang pulau. Setiap hari dering suara percakapan video call menjadi hal yang biasa dan hal rutin yang harus saya lakukan. Agar ibu tetap merasa dekat dengan anak perempuan si tulang punggung ini. 









You Might Also Like

0 comments